Tampilkan postingan dengan label Hasil Karya Tulis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hasil Karya Tulis. Tampilkan semua postingan

Senin, 05 Juli 2021

Pengalaman Pendadaran Yang Kocak Bersama Siswa SMART Angkatan Tiga

 

Setelah melewati persiapan yang matang akhirnya kami memutuskan anak – anak kelas 5 angkatan tiga,  harus mengikuti serangkaian  tempaan untuk membangun ketahanan hidup mereka. Tempaan itu disebut dengan pendadaran. Yaitu  serangkaian tempaan buat kelas 5 sebelum mereka lulus dari SMART yang bertujuan agar mereka dapat mempersiapkan diri supaya survive di kehidupan nanti yang sesungguhnya. Pendadaran dilaksanakan selama seminggu , bertempat di dalam dan di luar lingkungan sekolah. Salah satu kegiatannya adalah  “melatih diri” selama satu hari untuk berusaha mendapat uang dengan cara apa pun yang penting halal di luar lingkungan sekolah. Melewati beberapa survey tempat, akhirnya kami memilih kegiatan tersebut di  Pasar Rumput, Jakarta Timur.

|  Baca Juga : "Aku dan Cita-citaku", Catatan dari Boot Camp SMART-NICE 2021

Ya, waktu itu hari sabtu, di bulan Juni 2011, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan usaha mendapatkan uang  guna belajar mempertahankan hidup.  Saya, dan guru-guru SMART yang terdiri  Pak Mulyadi, Pak Willy, Bu Rini dan Bu Dini  mengangkat diri masing-masing  sebagai pendamping kelompok untuk anak-anak angkatan 3 SMART ini. Dengan menggunakan kereta api, kami semua berangkat dengan mengambil start dari Statsiun Bogor menuju statsiun Manggarai.  Sesampainya di Stasiun Manggarai  kemudian kami melanjutan dengan berjalan kaki menuju Pasar Rumput Jakarta Timur, yang jarak tempuhnya sekitar 2 Km. Cukup lelah memang!, namun menurut hemat  kami ini pengalaman belajar yang  seru dan mengasyikan.   

| Baca Juga: Momen Belajar Fisika Yang Paling Diingat  Oleh Siswa SMART Angkatan 14

Setelah sampai  di Pasar Rumput, Jakarta Timur, kami langsung memilih tempat yang nyaman untuk memberikan pengarahan. Mereka dikumpulkan perkelompok kemudian diberi arahan agar  mereka survive di tempat itu dan diharuskan mendapatkan uang guna menyambung hidup mereka hari itu. Dari mereka tidak ada seorang pun yang diberikan uang untuk modal, karena kami khawatir dengan diberikan uang modal malah akan habis digunakan untuk hal yang tidak perlu. Mereka diharuskan murni berusaha sendiri, dan harus mengumpulkan seberapa pun pendapatan mereka. Lebih banyak mereka mengumpulkan uang akan semakin lebih baik. Yang penting caranya halal!, dan  kami sampaikan bahwa di akhir kegiatan mereka harus kembali berkumpul untuk menyampaikan pengalamannya dalam mendapatkan uang.

Teng.., acara mereka menyebar pun dimulai. Dengan membaca basmallah bersama-sama, mereka beranjak dari tempat itu. Masing-masing kelompok meninggalkan tempat dan mengambil jalan yang berbeda. Diperhatikan saat mereka jalan, sekilas nampak raut muka mereka  memperlihatkan kegalauan dan harap-harap cemas. Mungkin mereka berat hati menjalani kegitan itu, bercampur lapar dan terik matahari yang menyengat, mereka harus mampu mengumpulkan uang yang cukup untuk bekal hari itu.

Setelah beberapa menit mereka dibiarkan untuk berputar memperoleh pekerjaan di pasar, kami satu persatu mengambil inisiatif untuk menyebar guna mengawasi para kelompok siswa.  Heee…kelihatan sebagian dari mereka ada yang berteduh di bawah pohon persis di depan pasar, bagian belakang. Sebagian yang lain masih celingukan, asing dengan suasana pasar itu sendiri. Kami lihat memang bagian depan pasar suasananya sedikit agak sepi, namun bila disusuri kebelakang keramaian suasana pasar mulai nampak. Saya yang kebagian mengawasi kelompok agung, yang kelompoknya terdiri dari dede, restu, beni  urwah, dan hamdani, mencoba  naik tangga menuju ke lantai dua pasar rumput itu, berjalan menyusuri toko-toko pasar  bermaksud menguntit dari belakang sekaligus mengawasi para siswa dari atas. Biar jelas dari mereka pergi kemana saja. Nampak kawanan mereka masing-masing bergerombol- gerombol berjalan, persis seperti gerombolan anak-anak sekolahan umumnya yang suka bermain liar di jalanan. Gumam di hati saya, “ Mudah-mudahan mereka segera mendapatkan pekerjaan sehingga cepat menghasilkan uang.” Setelah memastikan mereka semua memang aktif saya kembali ke pos tunggu.

| Baca Juga :  Indahnya Berbagi Gaya Belajar Ala Bindo SMART

Diantara kami para pendamping kemudian  berbincang-bincang, “Apa sih yang mereka lakukan?”...kami saling menebak-nebak aktivitas mereka, mungkin mereka ada yang menjadi kuli panggul, mencuci piring atau pekerjaan kasar yang lainnya. Setelah berbincang-bincang bersama cukup waktu, kami satu persatu  kembali memisahkan diri untuk menyebar mengawasi mereka. Agak cukup kesulitan saya mencari keberadaan mereka, karena memang pasarnya semakin ramai dipenuhi para pedagang dan pengunjung pasar. Setelah beberapa menit berputar-putar akhirnya saya berpapasan juga dengan mereka. Saya tanya mereka,” Sudah berusaha kemana aja kalian?” mereka menjawab,” Tadi kami mengunjungi beberapa toko dan menawarkan jasa untuk membantu mereka”, kemudian beni menambahkan ”mereka kebanyakan ingin kami bekerja lama disini bukan sehari ini saja ustad”. Kata yang punya toko itu” kamu boleh bekerja disini tapi tiap hari ya!, bukan hari ini saja!” . “Akhirnya saya tidak jadi bekerja ustad” kata anak-anak.  “ Oh begituu, ya silakan cari peluang lagi”, kata saya. “Kamu harus pintar cara mengkomunikasikannya dong!”… “Siap ustad!” kata mereka. Kemudian mereka melanjutkan petualangannya dan saya kembali ke tempat pos tunggu lagi.  Guru pendamping lain nampak, sudah lebih dahulu datang ke pos tunggu. Satu sama lain saling berbagi cerita saat ketemu dengan anak-anak dampingannya dengan segala kelucuannya dan keunikannya.  Setelah sekitar setengah jam berbagi cerita dan menunggu, kami kembali untuk kesekian kali menyebar lagi.

Saat kami coba cari mereka, saya melihat kelompok mereka  berpisah-pisah. Saya samperin  agung dan urwah, mereka terlihat agak sedikit kaget, dan berucap” Ustad tadi kami saat jalan-jalan menawarkan jasa ke toko-toko di jalanan saya menemukan uang lima ribu,  ini ustad uangnya” sambil menunjukkan uang lembaran lima ribu. “Oh gitu ya!” kata saya, “terus kamu gimanain ini uang?” “Ga tau juga ustad, kami haus tad,”… “aduuhh” kata saya, “harusnya kamu tunggu dulu di tempat menemukan uang tadi, kali ada orang yang kehilangan dan sedang mencari-cari uang itu sekarang”. “Nah ustad, itu disana ustad…” sambil mereka menunjuk jalanan yang dilalui lalu lalang para pengunjung pasar. “Ini buat kami aja ya ustad?,.. haus!.” Saya tidak menjawab. Akhirnya mereka memakai uang itu untuk membeli minuman, kelihatan mereka sangat kehausan dan keletihan, karena sedemikian lama berputar-putar untuk mendapatkan uang. “Silakan coba lagi, untuk mendapatkan pekerjaan ya…” kata saya. “Ia  ustad, kami  mau  ke ujung sana kali ada toko yang memerlukan jasa kami” . “Ia silakan, saya akan tunggu sampai jam  satuan ya?”, kata saya. “oke ustad!” kata mereka. Kemudian mereka jalan kembali menyusuri jalanan yang pinggirannya berjejer toko-toko dan banyak lapak di jalanan yang mejual macam-macam barang kebutuhan. Sesaat mereka meninggalkan tempat berbincang-bincang tadi, saya sedikit tertegun, berpikir ada yang tidak beres dengan mereka, aneh!, mereka punya uang lima ribu tapi kok semuanya dapat  minum sirup?!. Piker saya, “Ah mungkin harga minuman sirup di tempat itu cukup murah.” Karena penasaran, kemudian saya  samperin tukang sirup dan saya membeli sirup tersebut, ternyata, harganya seplastik minuman sirup itu dua ribu. Hah Dua ribu?!...

 Menjelang beduk dhuhur kami masuk mesjid dan sholat  di mesjid sekita pasar itu. Para siswa yang lain berdatangan dan ikut sholat. Kami berbincang dengan mereka tentang usaha mereka. Hampir semua dari mereka ternyata tidak ada yang dapatkan uang dari  pekerjaan, hanya ada satu anak,  yaitu beni, dia berhasil mendapatkan uang sebanyak dua ribu rupiah karena telah berjasa membawakan barang bawaan seorang ibu yang belanja di pasar. Cukup mendapat apresiasi dari temannya dan juga dari kami pendamping.  Ada juga siswa yang bercerita  mau bawain barang namun dilarang oleh yang punyanya.  Ternyata banyak cerita yang lucu-lucu dari mereka dari pengalaman mencari pekerjaan di pasar tersebut.

Sehabis dhuhur mereka diberi kesempatan satu jam lagi untuk menuntaskan pekerjaannya. Banyak dari mereka yang mengeluh lapar. “ Ustad lapaar” kata mereka, namun seperti yang telah disepakati bersama bahwa mereka mau tidak mau harus makan dari hasil jerih payah mereka sendiri, bila tidak dapat uang siang itu mereka tidak akan makan. Sampai datang kembali mereka ke sekolahan. Itu yang kami tekankan bermaksud penanaman daya survival buat mereka.

Sehabis istirahat bada sholat duhur,  kemudian mereka kembali menyelesaikan satu jam lagi berikhtiar mendapatkan uang.

Saat kami mengawasi mereka dari kejauhan semangat mereka tersisa hanya sedikit saja, ada banyak yang duduk-duduk dan tidak serius atau juga yang hanya jalan-jalan saja, untuk menghabiskan waktu yang tersisa. Bahkan 15-10 menit belum selesai ada kelompok yang sudah kembali ke pos tunggu. Sampai akhirnya berkumpul semua. Kami tanya satu persatu dari kelompok mereka, apa yang telah didapatkannya? Hampir semua dari mereka menjawab mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang, mereka banyak bercerita seperti yang dikatakan riko” Susah banget ustad, dah nanya-nanya ke toko, saya nawarin kuli panggul tapi tidak digubris” mereka mengatakan” Ga usah dibawain dek, biar kami aja yang angkat”. “Susah sekali untuk mendapatkan uang itu ternyata” kata mereka. Saya tanya” Ada yang mencoba dengan ngamen atau nyanyi-nyanyi?” Mereka geleng-geleng kepala, katanya, “Bila ga diringi gitar ya ga bisa ustad,  malu bila hanya dengan tepuk tangan”, demikian mereka berdalih. Memang kami tidak memperkenankan mereka membawa alat bantu seperti gitar atau tam-tam, atau sejenis alat musik lainnya. Kami hanya meminta mereka bisa menggunakan kemampuan dan keberanian mereka untuk mendapatkan uang pada hari itu.

Bu Rini saat itu mengatakan” Wah payah-payah ya kalian, ga ada yang berhasil mendapatkan uang banyak. “Jadi, gimana kalian makan hari ini?” ..mereka pada diam. Ada siswa yang berani nyeletuk” Dari ustad dan ustadzah aja deh”. “Ow..no, no, hari ini kita tidak makan sampai kita sampai ke sekolah, ada yang mau ditanyakan?. Kalau tidak ada yang bertanya lagi, kita pulang sekarang.” Tidak ada siswa yang bertanya lagi. Mereka semua memahami bahwa ujian bagi mereka pada hari itu cukup melelahkan dan mereka menyadari bahwa memang untuk bertahan hidup ini perlu pengorbanan, usaha, dan keberanian. Mereka sudah membuktikan sendiri bahwa begitu sulitnya mereka mencari nafkah. Selama ini mereka dengan sangat mudah mendapatkan makanan, pendidikan, dan pelayanan sedangkan mereka yang diluar sana hidup itu begitu sulitnya. “Kalian harus banyak bersyukur bisa hidup seperti sekarang” demikian kata ustad dan ustadzah mengakhiri acara hari itu.

Mereka kembali ke Statsiun Manggarai  dengan masing-masing kelompoknya dengan mengikuti rute perjalan sebelumnya. Sesampainya kami disana,  ternyataa…Wow.. ustadzah-ustadzahnya  sudah menyediakan makanan nasi bungkus untuk disantap bareng-bareng.  Mantap, mereka makan dengan lahap. Rupanya skenario lain sudah dipersiapkan bahwa mereka juga harus makan tapi itu hiden scenario agar mereka serius mengikuti program pendadaran hari itu.

Kelompok Agung ternyata datang terlambat ke statsiun,  satu kelompok ini dikabarkan naik metro mini untuk sampai disana. Katanya mereka kelelahan, dan kepanasan. Yang tidak diduga  ternyata mereka sudah jaga-jaga. Sejumlah  uang telah mereka siapkan untuk mengantisipasi ketidakberhasilan mereka mendapatkan uang. Sulit bagi kami mengetahui dimana mereka simpan uang sedemikian itu padahal kami sudah merah-rah, memeriksa ke semua baju dan celana mereka, saku-saku mereka kami pastikan tidak ada uangnya. Dan lucunya, memang ternyata kelompok itu adalah kelompok yang tadi sempat minum sirup di pasar yang mengatakan bahwa mereka menemukan uang di jalanan. Wah…, kami tertipu saat itu ternyata mereka bukan menemukan uang dijalanan tapi mereka memang membawa uang yang disimpan di  balik bajunya. Cek..cek..cek…jadi bingung juga memahami perilaku anak-anak ini.  Disatu sisi kami marah dengan perilaku mereka yang tidak senasib sepenanggungan dengan teman yang lainnya namun disisi lain kami menjadi tersenyum-senyum  dengan tingkah polah kepolosan dan kecerdikan mereka. 😀😀

Kamis, 17 Juni 2021

Adakah di Sekolah Anda Seperti di Sekolah Kami ?

Ditulis Oleh: Ibu Khadija, Guru Bahasa Inggris SMART 

Selamat datang di sekolah kami, SMART Ekselensia Indonesia. Ustad dan Ustadzahnya ramah penuh SPIRIT (Synergy, Persistent, Innovative, Care, Improvement, dan Trustworty) dan para siswa yang selalu Senyum Salam Sopan karena setiap hari mereka menikmati JUS SEDAP (Jujur, Santun, Sungguh-sungguh, Disiplin, dan Peduli). SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah berasrama namun bukan posantren tapi aura posanternnya kuat banget. Para pendidik dipanggil ustad dan ustadzah bukan ibu dan bapak guru, anak didiknya wajib menghafal minimal 5 Jus Al-Qur’an sebagai syarat lulus dari SMART. Untuk itu, sebelum memulai KBM, semua siswa wajib melaksanakan shalat Dhuha kemudian mengaji serta stor hafalan.



Siswa SMART berasal dari seluruh penjuru Indonesia dan seluruhnya adalah laki-laki. Jadi apabila anda adalah pengajar wanita seperti saya, anda akan menjadi makhluk tercantik dalam kelas. Mereka berasal dari Sumatra hingga Papua, bahkan ada yang berasal dari Malaysia namun wajib berstatus warga negara Indonesia. Mereka direkrut dengan berbagai tes dan rentetan proses yang super ketat. Untuk mendapatkan siswa-siswa hebat ini, membutuhkan lebih dari satu semester masa perekrutan. Mereka wajib berasal dari keluarga kurang mampu namun kemampuan akademik harus kuat karena mereka akan menempuh masa pendidikan selama 5 tahun. 3 tahun di tingkat SMP dan 2 tahun di tingkat SMA. Yang artinya ada system kredit di tingkat SMA.


| Baca Juga: IIndahnya Berbagi: Gaya Belajar Ala Bindo SMART

                     "Aku dan Cita-citaku", Catatan dari Boot Camp SMART-NICE 2021

Adalah spesial sekolah ini bagi saya. Bagaimana tidak, setiap hari saya harus mengajar di lebih 10 provinsi, Ups…. Jangan kaget dulu. Maksudnya, dalam setiap kelas ada sekitar lebih dari 10 asal daerah siswa. Mereka berasal dari pulau besar, sedang hingga pulau kecil yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Sehingga, dalam setiap kelas ada dialek dari berbagai suku. Ada dialek Medan, Melayu, Padang, Betawi, Sunda, Jawa, Bali, NTB dan Bugis Makassar. Dari nada yang lembut sampai yang kencang. Bhineka Tunggal Ika sekali. Ada siswa pernah berkata. “Saya bisa naik pesawat karena saya sekolah di SMART, gratis pula”. Yah, seluruh kebutuhan siswa selama 5 tahun ditanggung termasuk ongkos pulang kampung.

Berikut ini saya akan menceritakan hal-hal seru dan unik mengenai siswa di SMART EKSELENSIA Indonesia yang belum pernah saya alami di tempat mengajar sebelumnya.

Pertama, Siswa akan mengucapkan salam setiap kali bertemu dengan ustad dan ustadzah sambil mengangkat kedua tangan ke depan dada posisi salam dengan menundukkan sedikit kepala sambil tersenyum manis, dan mengucapkan Assalamu Alikum Ustad/Ustadzah. Dalam keadaan apapun mereka. Apakah sedang berkumpul bercengkrama, membaca buku atau sedang mengerjakan tugas apa lagi yang di koridor sekolah. Pasti mereka akan menyapa. Jadi kalau dihitung dalam sehari, seorang siswa berpapasan dengan setiap Uztad dan Ustadzahnya, mereka mengucapkan salam berapa banyak kali yah?. Dapat amal berapa banyak dalam sehari. Jadi, ketika saya sedang berjalan menyusuri koridor dengan wajah serius dengan fokus apa yang ada dalam fikiran saya, langsung buyar ketika disapa oleh siswa. “ Assalamu Alikum Zah “

Ke-dua, Kaca Mata Bergagang Satu. Siswa yang berkacamata, kebanyakan kacamata mereka hanya memiliki satu gagang. Ini bukan berarti disengaja. Ini efek dari kalau mereka membaca buku. Siswa SMART memiliki minat baca buku yang sangat tinggi. Mereka sering membaca buku hingga tertidur. Apakah itu di asrama, Masjid dan di kelas. Pas bangun, didapatinyalah salah satu gagang kaca mata yang patah, bisa jadi gagang yang di sebelah kanan atau kiri tergantung posisi tidur sang siswa.

Ketiga, Tertidur Saat Ulangan. Jangan heran ketika sedang mengawas siswa SMART saat ulangan. Sekitar 30 menit mengerjakan soal ulangan mereka akan tertidur dengan posisi kedua tangan di atas meja sebagai bantal kepala. Ini karena mereka sudah selesai mengerjakan soal. Jadi yang mengawas jadi heran dan kaget melihat situasi dalam kelas. Hal ini sering terjadi ketika saya mengawas ulangan. Pernah sekali saya mengawas dan belum 15 menit ada anak yang saya dapati tertidur. Saya membangunkan dan memeriksa lembar jawabannya. Ya . . . apa boleh buat emang anaknya udah selesai mengerjakan soal ulangannya. Pikir pikir iya sih memang wajar cepat selesainya. Mereka adalah anak pilihan dari daerah masing-masing. Mengertikan maksud saya ?

Ke-Empat, Kritis Tingkat Dewa Namun Tetap Santun. “Kok penjelasan Ustadzah begitu?. Kenapa bisa? Yang selama ini saya lihat dan baca begini!. Kata teman saya juga sama dengan saya!”. Hummmm . . . sebagai guru di SMART harus siap di kritik oleh siswa apakah itu tentang penjelasan mengenai mata pelajaran, tingkah laku, dan kata-kata yang diucapkan. Saya pernah dikritik oleh siswa karena tata bahasa Indonesia saya kurang tepat pada saat memberikan instruksi sisa waktu mengerjakan tugas. “ Lagi 10 menit “ kata saya. “ zah, 10 menit lagi” kata siswa tersebut. Di daerah asal saya, Makassar, saat mengucapkan sisa waktu, kami mengucapakan kata “lagi” kemudian menyusul nama angka. Sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih ke siswa, saya memperbaiki kalimat saya dan berseru kembali “ 10 menit lagi”.

Ke-Lima. Never Give Up. Minggu ke-4 masa karantina siswa dan ustad/ustadzah WFH. Ada seorang siswa yang mengumpulkan tugas yang dibalik lembar jawabannya itu ada surat yang berbalut isolasi lengkap dengan petunjuk cara membuka surat tersebut. Begini kata petunjuknya “If you want to know, cut using a cutter to the purple line”.“ Hobby saya adalah melakukan penelitian, Lomba yang diadakan LIPI adalah kesempatan emas bagi saya dalam berkarya karena saya bercita-cita untuk menjadi seorang Penelitian. Saya butuh bantuan dan doanya”. Begitu inti isi surat tersebut yang full English. Yang maksudnya adalah dia meminta bantuan untuk kiranya bisa diberi fasilitas dalam mendukung penelitiannya mengikuti Lomba yang diadakan oleh LIPI, deadline tanggal 1 Mei 2020. Memang sekitar 3 minggu sebelunya siswa tersebut pernah datang ke saya dan mengutarakan tentang mengikuti lomba tersebut tapi saya tidak merespon dengan baik karena isu corona. Yang menurut saya, LIPI membatalkan kompetisi tersebut. Tapi ternyata tidak dan betul siswa tersebut “Never Give Up”. Alhamdulillah sekolah merespon dengan cepat dan memberi fasilitas yang mereka butuhkan. Mohon doanya siswa kami berhasil di kompetisi ini. Anak SMART hobby melakukan penelitian?. Seingat saya waktu SMA dulu kalau ditanya hobbinya apa, saya palingan menjawab baca buka dan mendengarkan musik.

Ke- Enam. The Best Actor. Please jangan kaitkan siswa SMART yang jago acting dengan para artis sinetron!. Di LPI (Lembaga Pengembangan Insani) Dompet Dhuafa adalah letak sekolah kami. Terdapat berbagai divisi. Sering diadakan pengambilan gambar dan video oleh lembaga sebagai pendukung program. Tidak jarang siswa SMART adalah actor utamanya. Team akan datang minta izin untuk pengambilan gambar dan video di kelas. Cukup arahan singkat, Para siswa langsung tahu apa yang akan mereka lakukan. Seperti, wajah yang diserius-seriusin, dagu diangguk-anggukin, body language yang di cool-coolin, serta perhatian ke guru tambah difokus[1]fokusin.

Ke-Tujuh. Masih Kelas 1 SMP Sudah Menjadi Panitia Program Tingkat National. OHARA (Olimpiade Humaniora) adalah program tahunan yang diadakan oleh SMART EKSELENSIA Indonesia. Sebuah program kebanggan siswa, guru, dan lembaga pastinya. Seluruh siswa dan ustad dan ustadzahnya akan bekerja sama menjadi team yang solid. Di program ini bertujuan untuk melatih siswa bagaimana bekerja tim yang baik untuk membangun jiwa leadership mereka. Bagaimana tidak, peserta lomba datang dari berbagai penjuru Indonesia. Berkumpul di sekolah kami untuk mengikuti lomba. Lomba yang diadakan sangat banyak. Ada Operah Van Jampang, story telling, LINTARA (Lintas Nusantara), lomba memasak, cerdas cermat dan beberapa cabang olahraga. Tujuh hal unik yang saya bagikan selama 13 bulan mengajar di SMART EKSELENSIA Indonesia adalah masih sebagian kecil. Apa lagi para ustad/ustadzahnya yang sudah berpuluh tahun mengajar di SMART. Pasti mereka memiliki segudang cerita tentang SMART. Kalau saya tulis semua terlalu banyak. Bagaimana kalau langsung berkunjung ke sekolah kami. Anda akan disambut oleh anak-anak hebat yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

Nah . . .

ADAKAH SEKOLAH ANDA SEPERTI DI SEKOLAH KAMI?

Kamis, 10 Juni 2021

Indahnya Berbagi: Gaya Belajar Ala Bindo SMART

Ditulis Oleh : Ibu Nurhayati, Guru Bhs. Indonesia SMART 

Dikisahkan seorang anak sekolah dasar harus segera pulang sekolah dan berlari cepat karena seragam (baju/ celana pendek) dan sepatu yang dikenakannya harus segera digunakan oleh kakaknya yang juga akan berangkat sekolah. Di rumah Ibu dan kakak menunggu dengan penuh kekhawatiran akan kedatangan sang adik. Setiba adiknya datang, segera dilucutinya pakaian seragam dan sepatu kemudian segera dikenakan oleh kakaknya.  Sang kakak pun tidak kalah cepat larinya agar tidak terlambat masuk sekolah. Namun, apa daya tidak jarang ia pun dimarahi guru karena datang terlambat. Hal itu setiap hari mereka lakukan tanpa mengeluh.

Suatu hari walikota mengadakan perlombaan lari untuk para pelajar. Sang kakak pun tertarik mengikuti pertandingan tersebut untuk memperoleh juara tiga. Mengapa harus juara tiga bukan juara satu? Karena juara tiga memperoleh hadiah yang sangat didambakan, yaitu sepasang sepatu. Sepasang sepatu yang harus digunakan oleh kakak beradik. Namun, pada akhirnya sang kakak memperoleh juara satu? Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui yang dibutuhkan oleh hambanya.


            |  Baca Juga : Momen Belajar Yang Paling Diingat Oleh Siswa Angkatan 14

              |  Baca Juga : Adakah di Sekolah Anda Seperti Di Sekolah Kami?


Berangkat dari film  yang ditonton para peserta didik untuk memulai pembelajaran proposal kegiatan dan negosiasi dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru mencoba membuka mata dan hati peserta didik agar dapat merasakan yang dirasakan tokoh dalam film pendek tersebut. “Bagaimana perasaan kalian setelah menonton film tadi,” tanya guru kepada sang pembelajar sejati.

“Sedih, Ustazah.”

“Kasihan, Ustazah.”

“Tidak tega, Ustazah. Sepasang sepatu yang sudah rusak harus digunakan bergantian oleh kakak beradik.”

“Apa yang dapat kita lakukan jika hal itu ada di sekitar kita?” tanya guru lagi.

“Membantunya, Ustazah.”

“Membelikan mereka sepatu, Ustazah.

”Membelikan mereka seragam sekolah, Ustazah.”

“Tepat sekali! Masih banyak di sekitar kita anak-anak tidak mampu yang mempunyai semangat untuk sekolah harus mengalami kisah sedih, bahkan lebih sedih dari itu pun masih banyak. Bersyukurlah kalian berada di sini, Alhamduillah semua kebutuhan sudah disediakan dan difasilitasi. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas yang sedang kalian nikmati”

“Lantas apa hubungannya dengan materi yang akan kita pelajari?” tanya salah satu peserta didik.

“Di antara kalian, ada yang tahu?”

            Salah satu peserta didik tunjuk tangan, “kita akan membantu anak-anak yang tidak mampu, seperti kita.”

            “Dengan apa kita membantu mereka? Kami berada di sini pun karena para donator yang menggerakkan hatinya untuk beramal dan berzakat di Dompet Dhuafa.”

            “Anak-anakku, ingatlah …, yang menggerakkan hati mereka, yang mengerakkan orang-orang beriman untuk menyisihkan sebagian hartanya, yang menggerakkan para donatur memutuskan untuk berinfak ke dompet Dhuafa semata-mata  karena hatinya digerakkan oleh  Alloh Swt. Semoga Alloh pun menggerakkan hati kalian untuk dapat membantu yang perlu dibantu walaupun dalam keadaan kekurangan. Anak-anakku ….,  Sebentar lagi, Ramadhan, bulan suci, bulan keberkahan, bulan pelimbahan rahmat, bulan dilipatgandakan setiap amal kebaikan akan datang. Nah, kesempatan baik untuk kalian membuat sesuatu yang bermanfaat, memberi kesempatan kepada malaikat untuk mencatan kebaikan yang insyaa Allah pahalanya akan terus mengalir walaupun kenikmatan dunia tidak lagi dirasakan, walaupun ruh dan jasad sudah tidak lagi bersatu.” papar guru.

            Di atas merupakan sekelumit pembelajaran di sekolah SMART Ekselensia Indonesia.

SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah berasrama bording school yang bebas biaya atau gratis untuk anak-anak, terkhusus laki-laki dari beberapa provinsi di Indonesia yang kekurangan dalam ekonomi, tetapi memiliki kelebihan dalam akademik. Mereka dibiayai dari dana zakat, sedekah, amal yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Lingkungan di lokasi SMART Ekselensia Indonesia, tidak hanya sekolah, melainkan juga ada beberapa lembaga yang merupakan jejaring Dompet Dhuafa.


         |   Baca Juga: Ia yang Tak Kasat Mata, Oleh J. Firman, Guru B.Indo SMART


            Apakah hanya orang yang mampu, orang yang kaya dapat berbagi? Apakah orang yang tidak mampu, kaum fakir/ kaum papa/ kaum duafa tidak dapat membantu sesasama? Tentu saja TIDAK. Siapa pun dapat membantu sesasama. Bagi orang miskin yang mungkin buat makan saja susah, ketika ia bersedekah meskipun cuma sedikit, sedekahnya ini lebih bernilai di sisi Allah. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“.  Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan.  Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR. An Nasai)

            Kekurangan ekonomi, bukan berarti tidak dapat membantu sesama makhluk ciptaan Allah. Kekurangan ekonomi, bukan berarti hanya bisa menerima tanpa bisa memberi. Kekurangan ekonomi, bukan berarti selalu meletakkan tangan di bawah tanpa pernah meletakan posisi tangan di atas. Dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki siswa SMART Ekslensia Indonesia, keinginan untuk membantu sesama, pun dapat terwujud. Mau tahu caranya …? Mau tahu saja … atau mau tahu banget ….? Ayo, lanjutkan membaca tulisan ini!

            Di atas sudah dipaparkan, peserta didik sedang mempelajari mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi  yang dikolaborasikan, yaitu materi proposal dan negosiasi. Bukan hanya kolaborasi materi, tetapi juga kolaborasi dari beberapa mata pelajaran, yaitu Prakarya untuk kelas jurusan IPA dan IPS serta  Sosiologi dan Ekonomi, terkhusus kelas dengan jurusan IPS.

Dengan menggunakan pendekatan  contextual teaching and learning Contextual teaching learning peserta didik dapat membantu sesama. Contextual teaching and learning merupakan pendekatan yang “mengaitkan isi mata pelajaran yang diberikan dengan situasi kehidupan yang nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.” (Chalil dan Hudaya, 2009: 16)

Peserta didik mempelajari materi yang kemudian teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik juga memperoleh pembelajaran langsung ke masyarakat dan memiliki pengalaman secara langsung sehingga kegiatan belajar mengajar tidak terpasung dan membusung tanpa makna.

Dalam pembelajaran ini, peserta didik tidak hanya belajar menyusun proposal kegiatan, tapi mereka mengajukan proposal kepada lembaga/ perusahaan ataupun individu. Siswa membentuk kelompok yang teridir dari 5 atau 6 orang. Setiap kelompok menyusun proposal untuk mengadakan kegiatan “Amal Bakti Ramadan?” dan menyusun proposal untuk mencari investor agar faktor pendukung dapat memonitor sektor kompetensi dasar . Investor ini akan memberikan modal. Modal itu akan digunakan oleh setiap kelompok untuk berjualan.  Adapun kegiatan “Amal Bakti Ramadan” merupakan tujuan akhir dari materi ini, yaitu memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.

Setelah menyusun proposal, peserta didik mengajukan proposal ke lembaga/ perusahaan untuk proposal Amal Bakti Ramadan agar memperoleh dana ataupun barang yang dapat diberikan kepada yang membutuhkan. Sedangkan, pengajuan  ke individu (guru SMART/ karyawan Dompet Dhuafa Pendidikan) untuk mengajukan proposal mencari investor. Pada saat pengajuan proposal, peserta didik bernegosiasi. Mereka bernegosiasi agar mencapai kesepakatan sesuai harapan.

Setelah memperoleh modal dari investor, peserta didik berjualan. Yang dijual peserta didik adalah produk berupa  makanan/ minuman. Produk yang dijual dibuat oleh peserta didik. Produk tersebut merupakan akulturasi dari beberapa daerah. Hal ini merupakan materi Sosiologi untuk kelas jurusan  IPS.

Sebelum berjualan, peserta didik latihan terlebih dahulu membuat produk yang akan dijual. Latihan membuat produk tersebut merupakan mata pelajaran Prakarya untuk kelas jurusan IPA dan IPS.

Terkhusus, kelas jurusan IPS terdapat penilaian mata pelajaran Ekonomi karena ketika menyusun proposal untuk diajukan kepada investor, siswa harus memerincikan dana yang dibutuhkan untuk berjualan. Mereka memerincikan mulai dari kebutuhan bahan pokok sampai kepada keputusan harga produk per mangkok. Setelah berjualan pun, peserta didik harus membuat laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan kepada pemilik modal. Hal itu dibuat juga oleh kelas IPA, tetapi tidak ada penilaian khusus dari mata pelajaran lain, selain Bahasa Indonesia.

Adapun produk yang merupakan akuturasi nasional yang dijual di antaranya: Mpek’as/ mpek-mpek kuah asinan (paduan mpek-mpek makanan khas Palembang dan asinan makanan khas Betawi), Sate Bumbu Rendang (paduan makanan khas Madura dan Padang) Bakop/ bala-bala cuko palembang (paduan bala-bala makanan khas Jawa Barat dan kuah mpek-mpek Palembang), Es pisang ijo siram bajigur (paduan Makasar dan Jawa Barat), Cingdol / cingcau dan kuah cendol (paduan minuman Betawi dan Jawa Barat). Bagado/ batagor gado-gadoProduk dijual di selasar gedung utama SMART Ekselensia. Yang membeli produk tersebut, di antaranya: para peserta didik, guru, karyawan Dompet Dhuafa Pendidikan, serta orang tua PAUD.

Alhamdulillah, produk habis terjual. Peserta didik sibuk menghitung  pemasukan. Karena masih belajar, setelah dihitung-hitung, walaupun produk laku terjual ada yang memperoleh keuntungan besar, ada yang kecil, ada pula yang hanya cukup untuk mengembalikan modal ke investor. Modal pun dikembalikan kepada investor. Dengan hati yang ikhlas, keuntungan dari berjualan 100% dikumpulkan peserta didik untuk kegiatan  “Amal Bakti Ramadan”. Senyum tak kenal lelah mengulum di wajah mereka, sang pembelajar sejati yang tak pernah berhenti mengkaji ilmu dunia dan akhirat. Sungguh, kebahagian hakiki itu hadir ketika keihklasan terpatri dalam keimanan.

Manusia mempunyai rencana dan harapan, Alloh juga yang menentukan. Proposal untuk pencarian dana ataupun produk ke lembaga/ perusahaan untuk dapat disumbangkan pada kegiatan “Amal Bakti Ramadan” ada yang berhasil, ada pula yang nihil. Namun, tetap saja harus senantiasa bersyukur agar tidak menjadi orang yang kufur.  Dalam pembelajaran bukan hanya hasil yang dilihat, tetapi proses yang diapresiasi. Jangan resah dan gelisah apalagi putus asa, anak-anakku…. Kalian sudah berjuang untuk kemashlahatan umat. Insyaa Alloh, malaikat tersenyum mencatat jerih payah kalian, setan pun lari terbirit-birit karena keteguhan hati kalian.

Keuntungan berjualan dan dana dari lembaga/ individu dikumpulkan kemudian dibelikan  snack untuk berbuka puasa serta baju koko dan sarung untuk dikenakan solat tarawih. Peserta didik pun mengemasnya, termasuk Alquran dan buku-buku untuk disumbangkan ke Yayasan Ashabul Kahfi yang mengelola Rumah Alquran bagi anak-anak duafa yang terpaut pada Alquran.

Di bulan yang penuh keberkahan dan di hari yang cerah pembelajar sejati SMART Ekselensia mengunjungi Rumah Alquran. Dengan berseri-seri wajah-wajah penghafal Alquran  itu menyambut kedatangan pembelajar sejati dengan senang hati. Kegiatan diawali dengan sambutan, kemudian diikuti dengan pembacaan puisi serta sharing teknik menghafal Alquran dari pembelajar sejati kemudian penyerahan santunan dan diakhiri dengan doa. Kegiatan “Amal Bakti Ramadan sederhana. Ya, sangat sederhana kegiatannya, tetapi insya Alloh penuh makna dalam jiwa-jiwa insan dari anak-anak duafa. 

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Swt. di bulan Ramadhan yang penuh berkah peserta didik SMART Ekselensia diberi kesempatan oleh Allah Swt. untuk menabur kebaikan. Walaupun setitik, jika ikhlas berbuat karena Allah, insyaa Allah dia akan membekas dan terus terpatri karena malaikat telah mencatat. Semoga yang telah dilakukan oleh pembelajar sejati Allah lindungi dari perbuatan sombong ataupun riya sehingga lelah dan letih membuahkan pahala yang akan menambahkan berat timbangan kebaikan di akhirat kelak, aamiin. Semoga kepedulian kepada sesama tetap dan selalu tersemat dalam jiwa walaupun sudah tamat dari SMART, aamiin. Terima kasih kami ucapkan kepada lembaga ataupun individu yang telah membantu dan mendukung kegiatan pembelajar sejati. Semoga amal kebaikan ini akan terus mengalir dan mengalir walaupun Allah telah memanggil.

Rabu, 09 Juni 2021

Ia yang Tak Kasatmata

 Oleh : Bapak Je. Firman, Guru Bahasa Indonesia SMART

Matahari menepi dengan sukarela di cakrawala, membiarkan bulan datang berkawan angin yang meraung kencang menampari tiang-tiang perahu di dermaga. Bintang memeluk tubuhnya; berupaya mengurangi rasa dingin akibat serbuan angin. Tak banyak berguna.

Kemudian engkau muncul dari bilik kabut di cakrawala. Malu-malu. Ya, malu-malu, bahkan saat hendak menawarkan aneka pesonamu itu kepadaku. Kau tak langsung mendekat. Kau hanya memandangku dari jauh saat pesona-pesona lain mengerumuniku. Aku menolak karena aku menunggumu. Kenapa begitu, aku tidak tahu. Keinginan menunggumu itu timbul seperti keinginan menyaksikan matahari terbit di Pantai Sanur: menjalarkan debar dan harapan.

“Dingin.” Aku mendengarmu berbisik.

“Lama sekali aku harus menunggu hanya untuk bicara dengamu. Ratusan bulan.” Aku membalasnya.

“Kenapa begitu?”

“Takdir, kurasa,” akhirnya engkau bicara.

“Takdir apa?” balasku.

“Takdir bahwa aku ini fana.”



Aku tersadar pada fajar di sebuah gubuk renta. Kembali berada di tempat yang sama, kembali mendambakan kehadirannya. Ia bukanlah seorang puteri yang cantik memesona. Bukan pula artis cantik seperti artis Korea. Tapi, seperti yang ia katakan setiap kali kami bertemu. Ia hanyalah fana. Dan kefanaanya adalah takdir yang telah menjelaga.

Aku bangun seperti biasa. Melaksanakan semua rutinitas pagi dengan riang gembira. Mengucap doa, membasuh muka, melangkahkan kaki ke musala. Berbincang-bincang dengan orang tua. Menikmati sarapan jika ada. Dan, tentu saja, berjalan kaki menuju sekolah. Sebuah rutinitas yang paling berat untuk dijaga, bukan karena tujuannya melainkan jaraknya. Tanpa roda, tanpa transportasi, tanpa ongkos tentu saja, aku harus menuju sekolah yang berjarak 10 km dari rumah. Semua aku lakukan agar bisa meraih cita-cita dan tentu saja bertemu dengan dia.

Asa untuk bertemu dengannya dengan seketika terbuka saat aku mendapatkan surat cinta dari sebuah tempat nun jauh di sana. Bogor nama kotanya. Jawa Barat itu letak provinsinya. Namun, aku tahu itu bukanlah sebuah tempat yang bisa kujangkau dengan jalan kaki atau sepeda. Bahkan, aku harus meninggalkan teman dan orang tua jika ingin bersua dengannya.

Aku yakin bahwa keputusanku untuk menjemputnya adalah keputusan benar. Aku akan meminta izin kedua orang tua untuk alasan yang bernalar. Aku rela meninggalkan teman-teman yang biasa berkelakar.

“Bogor, aku datang,” aku begitu membara, “Aku akan menjemputnya. Ia yang selama ini hanya ada dalam angan-angan!”

Benar saja. Di tempat ini, akhirnya aku menemukannya. Menemukan ia yang selama ini datang saat aku terjaga. Bentuknya masih tak kasatmata, abstrak, namun aku mampu merasakannya.

Siapakah ia? Akhirnya, aku menemukan jawaban. Ia bukanlah seorang puteri cantik dengan rambut panjang dan tiara di kepalanya. Ia juga bukan seorang ratu yang begitu sempurna seperti dalam buku-buku cerita. Ia hanyalah sebuah kata. Ia adalah GIZI.

Aku. Inilah aku, M. Aqshal  Ilham, seorang anak beranjak remaja berasal dari Lampung. Aku kini hijrah dari tempat kelahiranku ke sebuah sekolah bernama SMART Ekselensia Indonesia yang berada di Bogor Jawa Barat. Meski ini keputusan berat, namun aku yakin bahwa aku mampu berprestasi, mengubah status mustahik menjadi muzaki, serta mengangkat derajat orang tua suatu saat kelak. Selain karena berbagai fasilitas, kualitas guru, lingkungan yang Islami, di sini pun setiap saat aku akan bertemu dengannya: gizi.

Mimpi dan kisah M. Aqshal Ilham mungkin hanya sebagian kesah untuk anak-anak dengan nasib yang sama. Anak-anak yang dibesarkan dalam keterbatasan ekonomi bahkan mungkin cinta. “Boro-boro menghidangkan makanan bergizi,” itu mungkin prinsip para orang tua.

Gizi, ah, itu mungkin istilah asing bagi orang tua mereka di desa sana. Istilah yang sama sekali tidak pernah ada dalam memori ingatan mereka. Bisa membesarkan anak mereka sampai melewati tahap yang bernama bayi, anak-anak, remaja, atau bahkan dewasa itu adalah sebuah prestasi. Tidak peduli dengan terpenuhinya gizi atau tidak. Toh, yang pasti mereka berhasil mendidik anak-anak cerdas dan rendah hati yang akhirnya terpilih dari ratusan anak Indonesia yang mendaftar di sekolah yang berlokasi di Parung, Bogor ini. 

Kendati demikian, kadang-kadang, kondisi siswa yang “kurang gizi” ini menimbulkan pemandangan yang cukup unik saat mereka mengikuti lomba. Terdapat kesenjangan dalam hal postur badan, terutama dalam pertandingan olahraga, futsal misalnya. Melihat-lihat mereka bertanding dengan sekolah lain bak melihat David dan Goliath.

Itu semua berawal dari cerita yang disampaikan secara langsung atau tidak. Mau bukti yang lebih sahih? Datanglah ke sekolah kami. Lihatlah siswa-siswa yang masih di dua jenjang paling awal. Kulit mereka tidak hanya hitam, namun maaf, kusam, dekil, dan lusuh. Kulit tersebut membungkus tulang-tulang yang terlihat dominan dibandingkan dengan daging. Daging yang nampaknya bersifat maya dalam tubuh mereka. Lemak? Dari apa mereka mendapatkan lemak jika daging saja tidak pernah mereka makan. Lebih parah lagi, rangkaian tulang dan selimut kulit tersebut memberikan aroma yang tidak pernah saya temukan sebelumnya. Bau yang hampir tidak bisa didefinisikan oleh indra penciuman saya. Bau yang tidak bisa dideskripsikan oleh kata-kata. Cerminan dari ketidakmampuan pemerintah menjadikan warganya hidup layak sesuai dengan visi dan misi negara ini.

Rasa syukur sudah selayaknya diucapkan oleh siswa-siswa cerdas tersebut. Tiga tahun berada si sekolah ini, penampilan mereka berubah drastis, seperti sebuah jeans bolong yang baru saja dipermak. Bagaimana tidak, selain mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas, mereka memiliki tim koki (yang kemudian lebih sering disebut pantri oleh pihak-pihak yang menghuni Bumi Pengembangan Insani) yang peduli terhadap kandungan gizi pada setiap masakan yang mereka masak. Tidak perlu pengetahuan yang mendalam tentang gizi ini. Saya bisa menyimpulkan hal ini dari realita yang memang nyata. Buktinya? Menunya pun variatif. Ukuran lauknya besar-besar. Tidak jarang pula disertai dengan segelas es buah atau bahkan jus yang variatif pula. Sesekali bahkan disediakan susu dalam kemasan. 

Meskipun kadang dikeluhkan oleh siswa, masakan yang koki masak setiap harinya tidak pernah kami caci. Selalu nikmat di lidah dan tidak pernah membuat kami tidak berselera makan. Oleh karena itu, tidak perlu heran ketika melihat siswa SMART angkatan berapa pun ketika mereka telah menginjakkan kaki di kelas lima, kulit mereka semakin bersih, postur proporsional, dan yang pasti lebih wangi dibanding empat atau lima tahun yang lalu. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada campur tangan tim koki yang peduli terhadap keseimbangan gizi para siswa. Maka, jangan pernah sungkan mengucapkan terima kasih kepada mereka. Terima kasih koki.

 

Selasa, 08 Juni 2021

Momen Belajar Fisika Yang Paling Diingat oleh Siswa SMART Angkatan 14

 Oleh : Ibu Uci Febria, Guru Fisika SMART

            Akhir tahun ajaran biasanya ditandai dengan Penilaian Akhir Tahun (PAT) untuk mengevaluasi pembelajaran selama tahun ajaran tersebut. Saat PAT peserta didik akan menjawab soal-soal sesuai kompetensi dasar yang diajarkan. Selain mempersiapkan anak-anak menghadapi PAT, momen akhir tahun ini selalu saya manfaatkan untuk melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran saya.

        Fisika, sebagai salah satu pembelajaran IPA Terpadu di SMP menjadi salah satu pembelajaran yang masih dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik. Salah satu tantangan bagi saya untuk menghadirkan pembelajaran yang asyik dan menyenangkan. Berbagai metode dicoba diterapkan saat belajar. Tentu saja tidak semuanya berhasil. Ada kalanya juga gagal.

        Indaikator pembelajaran hari itu berhasil atau tidak bagi saya, bukan hanya siswa bisa memahami materi dengan baik tapi juga bagaimana mereka menikmati proses belajarnya.  “Lho waktunya dah habis ya Dzah? Kok gak terasa, tau tau udah selesai aja” ini artinya saya berhasil. Tapi kalau belum waktunya habis anak-anak sudah mulai terlihat gelisah, dikit-dikit lihat jam, nanya temannya masih lama ya? berarti hari itu saya gagal.


         Baca Juga: IIndahnya Berbagi: Gaya Belajar Ala Bindo SMART

         Hal yang paling saya nanti di akhir tahun adalah saatnya saya bisa mendapatkan timpal balik dari anak-anak. Saat pertemuan terakhir saya akan meminta anak-anak menuliskan kesan, pesan, saran dan masukan dari anak didik saya. Saran dan masukan ini akan saya jadikan sebagai bahan perbaikan untuk pembelajaran di tahun berikutnya. Tahun ini saya  melakukan hal yang sedikit berbeda. Saya meminta anak-anak untuk menuliskan pengalaman terbaik mereka saat belajar Fisika dengan saya. Sasarannya adalah siswa Angkatan 14 SMART Ekselensia Indonesia yang sekarang duduk di kelas IX. Saya sudah belajar bersama mereka selama 2 tahun ini. Harapannya dengan mengetahi pengalaman terbaik mereka ini, saya bisa mendapatkan inspirasi untuk menyiapakan pembelajaran lebih baik lagi.

Momen belajar Fisika yang paling diingat sebagai momen belajar terbaik di SMP SMART angkatan 14 adalah :


1.     Praktikum

        Dari sekian banyak praktikum yang dilakukan dua tahun ini, ada dua momen praktikum yang paling diingat anak-anak yaitu praktikum tekanan dan listrik statis. Praktikum tekanan dilaksanakan di taman bundar SMART Ekselensia. Praktikum meliputi percobaan mengenai tekanan pada zat cair yaitu tekanan hidristatis, prinsip pascal dan prinsip Archimedes. Bahannya adalah air, kesukaan anak-anak seusia mereka. Pelaksanaan praktikum sesekali diselingi main air.

            “Pembelajaran yang sangat berkesan bagi saya saat Ustadzah mengajar adalah saat belajar di taman bundar tentang tekanan. Kala itu Ustadzah dan kami melakukan praktek tentang tekanan hidrostatis. Menggunakan suntikan, tisu dan selang yang dibentuk menjadi pipa U” (DFM)

            Praktikum listrik statis, menggunakan balon. Semua senang dengan balon. Apalagi ketika mereka berhasil melakukan tantangan menempelkan balon di dinding, menggerakkan kaleng bekas minuman tanpa menyentuh balon, membuat dua balon saling menolak. Kebahagian bertambah ketika tiba-tiba terbesit ide untuk merekam presentasi mereka padahal tidak ada dalam perencanaan. “Seru zah” ujar salah seorang anak saat itu.

            Saat praktikum listrik statis ini ada sedikit kesalahan yang akhirnya malah membuat anak-anak berkreasi. Balon yang dibelikan ternyata balon yang panjang. Salah saya sih, karena saat mengajukan alat dan bahan tidak menuliskan spesifikasi yang seharusnya. Di akhir percobaan balon balon panjang itu berubah menjadi bentuk-bentuk tertentu. 

            “Saat itu banyak sekali keributan yang terjadi, mulai dari balon pecah hingga balon yang tidak bisa menempel di dinding. Setelah kegiatan selesai, mulailah saya berkreasi menggunakan beberapa balon sehingga membentuk hewan yang lucu” (AF)

           “Terkadang belajar Fisika bosan bagi saya, terkadang juga menyenangkan. Yang paling saya ingat ketika rambut digosok penggaris. Itu saya suka. Ya ketika kita mempraktekkan teori listrik statis”(MW)

  

2.       Membuat Produk

            Membuat produk memang menjadi salah satu hal yang paling disenangi oleh siswa SMART Ekselensia Indonesia. Tidak hanya di pelajaran Fisika, di pelajaran lainpun begitu. Saat membuat produk, anak-anak bisa mengeluarkan segala kreatifitasnya. Selain itu dalam membuat produk, anak-anak juga berlatih bekerja dalam kelompok. Saling menghargai dan tidak saling mengandalkan.

          “Banyak sekali produk-produk yang sudah kami buat saat belajar Fisika. Ya, seperti produk hidrostatis, listrik statis, GLB dan GLBB dan banyak lagi. Itu membuat kami jadi lebih kreatif, mengetahui hal yang baru …”(AAH)

        “Tugas ini dilakukan berkelompok, Kelompokku membuat produk sebuah lintasan yang merupakan ilustrasi dari terjadinya penemuan teori gravitasi oleh Issac Newton. Yaitu lintasan apel jatuh. Yang menarik adalah sebelum presentasi ada yel-yel dan divideokan lalu akan dicari pemenangnya”(FRR)


3.       Kuis Ketok

           Apa itu kuis ketok? Ini modifikasi pembelajaran untuk melakukan evaluasi. Disediakan soal sejumlah siswa, kemudian siswa berdiri di depan masing-masing soal. Siswa mengerjakan soal tersebut dengan waktu yang ditetapkan. Setelah waktunya habis, maka guru akan mengetok meja, siswa-siswa berpindah ke soal di sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua siswa mengerjakan semua soal. Cara lain bisa juga dengan yang bergerak adalah soalnya.

         Biasanya kegiatan ini menjadi pilihan saya ketika belajar siang hari, dimana kemungkinan siswa tertidur di kelas cukup besar. Biasanya cara ini efektif untuk membuat semua siswa siap dan konstrasi mengerjakan soal. Kelemahannya adalah siswa tidak bisa kembali ke soal yang sebelumnnya jika waktu habis. Dan beberapa siswa kadang sulit mengerjakan soal jika terbatas waktu.

            ‘Ada juga yang menegangkan, ketika kita diminta membuat soal yang mengambil dari buku detik-detik persiapan UN. 1 orang, 1 soal dan dikumpulkan. Setelah itu kami membentuk lingkaran, dan kami harus mengerjakan soal dalam waktu 3 menit. Waktu habis, geser soal. Sangat capek dan menegangkan”(RDF)

            “Saya suka pada saat satu orang membuat satu soal dari detik-detik UN dan setelah itu membuat lingkaran. Soalnya dibagikan. Kami mengerjakan selama 3 menit. Pada saat itu saya bingung dengan soal-soal yang belum saya ketahui. Tapi itu sangat seru dan membuat saya betah belajar”(FD)


4.      Permainan Konsentrasi

            Permainan Ice Breaking yang biasanya saya lakukan di awal pelajaran. Ice breaking ini saya dapatkan pada saat mengikuti pelatihan yang saya sudah lupa tepatnya kapan dan dimana. Dalam permainan ini, saya akan mengajak mereka melakukan gerakan menggunakan tangan menjetikkan telunjuk kanan dan kiri secara bergantian dan mengucapkan kata-kata : “Konsentrasi. Konsentrasi dimulai …”. Saat menjetikkan tangan kanan kita menyebutkan nama kita, kemudian saat menjetikkan tangan kiri kita menyebutkan rekan yang kita tuju. Rekan yang kita tuju kemudian meneruskan dengan cara yang sama.

                Permainan ini menurut saya cukup berhasil membuat anak-anak untuk bisa fokus ke pembelajaran. Kadang saya juga melakukan permainan ini di sela-sela pembelajaran. Saat saya butuh siswa untuk benar-benar fokus

            “Permainan konsentrasi merupakan salah satu Ice Breaking yang dapat meningkatkan semangat belajar juga mengukur tingkat kefokusan siswa saat memulai pelajaran”(APH)


5.     Lulus Penilaian Harian

            Ternyata buat sebagian anak lulus ulangan harian menjadi momen terbaik yang paling mereka ingat saat belajar. Mungkin karena soal-soal Fisika punya tantangan sendiri saat dikerjakan. J

            “Pengalaman terbaik saat pelajaran Fisika adalah saat mendapatkan nilai UH tertinggi di kelas”(MAA)


        Itulah 5 momen belajar Fisika yang paling diingat oleh siswa angkatan 14 SMART Ekselensia Indonesia. Dengan segala keterbatasan yang ada, semoga momen momen belajar ini bisa memberikan pengalaman belajar yang terbaik buat siswa-siswa dan juga saya sebagai guru mereka.

        Saat era digital 4.0 masih banyak lagi metode belajar mengajar yang bisa dikembangkan dan bisa dicoba. Dan inilah salah satu hal yang membuat saya bersyukur ada di SMART Ekselensia Indonesia. Karena disini saya punya rekan rekan yang selalu memberi inspirasi dalam cara mengajar dan semangat belajarnya.  

 

Top! Sekolah Islam, Sekolah Terbaik Di Indonesia, SMART Masuk Jajaran Sekolah TOP

Oleh: Agus Nurihsan        

       Pada tanggal 28 November 2020, LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi) sebagai satu-satunya lembaga yang dipercaya pemerintah dalam penyelenggaraan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri(SMPTN) merilis hasil  Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahun 2020.  UTBK adalah  sistim seleksi nasional dan pola seleksi melalui ujian tertulis sebagai bentuk penjaringan mahasiswa baru lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Perlu diketahui bahwa mulai tahun 2013 sampai 2020 terdapat tiga jalur SMPTN. Pertama lewat Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yakni jalur penelusuran kemampuan akademik dan prestasi lewat penilaian raport, kedua adalah jalur ujian tertulis UTBK (SBMPTN) dan ketiga adalah jalur mandiri. 

       Dari hasil UTBK 2020 diperoleh data peserta tes yang ikut sebanyak 662.404  siswa dan diikuti oleh 21.302  sekolah tingkat SMA/MA/SMK yang sederajat serta lulusan Paket C tahun 2018, 2019 dan 2020. Dari hasil penyelenggaraan tes yang dilaksanakan pertengahan bulan Juli 2020 dan diumumkan di tanggal 14  Agustus 2020 ini diperoleh nilai rata – rata tertinggi nilai Tes Potensi Sekolastik (TPS) adalah 681,885 dan nilai rata-rata terendahnya 353,725. Pelaksanaan tes SBMPTN untuk tahun ini tidak seperti pada pelaksanaan tahun 2019, yang melaksanakan tes untuk menguji calon mahasiswa dengan dua tes, yakni Tes Potensi Skolastik (TPS) & Tes Potensi Akademik (TPA) untuk masing-masing kelompok Sains dan Teknologi (SAINTEK) dan kelompok Sosial dan Humaniora ( SOSHUM). Pada tahun ini, karena pandemik covid-19, test yang dilaksanakan hanya dalam bentuk TPS yaitu menguji  kemampuan kuantitatif, kemampuan memahami bacaan dan menulis, kemampuan penalaran umum dan pengetahuan pemahaman umum.


| Baca Juga :   Meskipun Pandemik SMART Tetap Mendulang Prestasi


       Dari hasil rilis yang dikeluarkan oleh LTMPT ini, diperoleh hasil TOP 1000 sekolah SMA/MA dan sederajat terbaik dari seluruh indonesia berdasarkan hasil dari nilai TPS dengan mengurutkan rerata nilai TPS sekolah dihitung berdasarkan rerata nilai TPS dari peserta di sekolah tersebut dengan minimal jumlah peserta 20 siswa.

        Sekolah terbaik se-indonesia TOP 1000 sekolah sekaligus sebagai yang terbaik se-provinsi DKI Jakarta (1,1) diperoleh  oleh SMAN Unggulan Muhammad Husni Thamrin (MHT) dengan menghasilkan nilai rata-rata siswa 681,885. Sekolah yang terletak di Jakarta Timur ini adalah  sekolah negeri berasrama dan satu-satunya di Jakarta yang tidak mencantumkan nomor urut sekolahnya seperti sekolah negeri pada umumnya namun menamakan sekolah dengan mengambil nama pahlawan Mohammad Husni Thamrin. Rangking  kedua TOP 1000 sekolah sekaligus sebagai sekolah terbaik se-provinsi Banten (2,1) adalah sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia(INCEN) Serpong, dengan rata-rata nilai 599,654. Posisi ketiga ditempati oleh SMA Unggul DEL Sumatera Utara(3,1). Berikut adalah 30 besar nasional dari TOP 1000 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia yang  dikutip dari  https://top-1000-sekolah.ltmpt.ac.id/ :


Sekolah-sekolah Kristen Mendominasi Sebagai Sekolah Terbaik

      Dari hasil pemetaan yang dilakukan, pada 10 sampai 30  besar TOP 1000 sekolah, didapati bahwa sekolah-sekolah binaan kristen sangat mendominasi. Dari 10  besar TOP  1000  sekolah, lima puluh persennya atau  5 dari 10 sekolah TOP 1000 sekolah adalah sekolah kristen. Dominasi sekolah-sekolah kristen terus membesar pada angka 30 besar TOP 1000 sekolah. Dari 30 besar sekolah TOP 1000 sekolah, sembilan belasnya adalah sekolah kristen atau membesar dominasinya menjadi 63,33 %,  kemudian relatif menurun saat mendekati angka 40 besar, 50 besar sampai 100 besar. Namun penurunan dominasi ini masih tetap tinggi karena di atas angka 40%. Luar biasa!.

        Dari hasil analisis, pengurangan dominasi sekolah kristen ketika terus mendekati 100 besar  pada TOP 1000 sekolah ini dikarenakan banyaknya sekolah kristen yang mengikuti UTBK sudah lebih dahulu mengisi posisi-posisi  papan atas TOP 1000 sekolah, selain itu  sebaran sekolah-sekolah kristen di Indonesia jumlahnya tidak sebanyak sekolah-sekolah di bawah naungan pemerintah dan swasta yang bercorak nasional dan islam. 

        Dari data yang diambil dari  Badan Pusat Statistik(BPS) yang bersumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Tahun Pelajaran 2019/2020 semester ganjil untuk jenjang pendidikan tingkat menengah jumlah SMA dan SMK baik negeri maupun swasta berjumlah 28.245 sekolah, (SMA:  13944, SMK: 14301) sedangkan jumlah Madrasah Aliyah berjumlah 8977(sumber: Kementerian Agama, EMIS, data TP 2019/2020 semester ganjil). Jika kita hanya menghitung tingkat pendidikan menengah SMA, dari data  BPS di atas artinya 39 % dari sekolah negeri dan swasta untuk jenjang pendidikan SMA adalah sekolah islam. Data Ini mengabaikan kategori sekolah islam yang dikenal umum di masyarakat yang diidentikan sebagai sekolah tertentu bercorak sekolah islam semisal SMA SMART, DWI WARNA , AlKahfi dan sejenisnya yang jumlahnya sangat banyak dan pertumbuhannya terus menjamur. Bila ini sekolah yang bercorak islam seperti ini dihitung maka tentu saja akan menambah presentasi jumlah sebaran sekolah islam.

       Untuk data sebaran sekolah bercorak agama seperti sekolah kristen dan islam ini secara nasional sulit didapatkan. Sayang sekali memang, belum ada data statistik secara pasti jumlahnya. Seperti sekolah-sekolah yang dikenal masyarakat umum dan masuk dalam kriteria sebagai sekolah kristen data BPS tidak mengkategorikannya demikian. Misalnya  SMA BINA BHAKTI 1 Bandung yang jelas-jelas sebagai sekolah kristen sulit disebut sebagai sekolah kristen padahal sekolah semacam itu   dalam tema ini  memiliki kriteria sebagai sekolah kristen. Atau sekolah SMA Unggul DEL di Sumatera Utara, sekolah DIAN HARAPAN jakarta barat dan sekolah kristen sejenisnya.

       Dari hasil penelusuran penulis menduga Badan Pusat Statistik  melakukan pendataan kategori sekolah hanya didasarkan pada sekolah - sekolah negeri dan swasta dari kurikulum yang diterapkannya yaitu kurikulum Diknas atau Depag, bukan pada karakteristik nama sekolah dan muatan keagamaan yang diajarkan sekolah. Jika kurikulum yang diajarkannya Kurikulum Diknas maka dikategorikan sebagai sekolah nasional baik negeri atau swasta. Sedangkan bagi sekolah yang menerapkan Kurikulum Depag maka dikategorikan sebagai sekolah islam atau Madrasah Aliyah baik negeri maupun swasta.  Bagi sekolah  yang mengajarkan muatan agama insert dalam kurikulum nasional, BPS tidak mengkategorikan sebagai sekolah agama tertentu, islam atau non islam. Misalnya,  SMA Ummul Qurro atau SMART EI meskipun secara narasi adalah sekolah islam  namun karena materi yang diajarkannya hanya berupa tambahan muatan agama dan bukan Kurikulum Depag maka ini dikategorikan sekolah nasional, begitu juga SMA DWI WARNA meskipun menamakan sebagai Sekolah Islam tapi karena tidak mengidentikan sebagai sekolah islam dan tidak mengggunakan kurikuum Depag maka dikategorikan sekolah nasional pula.

        Keberadaan sekolah kristen  diantara sedemikian banyak sekolah nasional dan sekolah islam, fakta membuktikan meskipun jumlahnya sedikit namun mereka secara kualitas dalam pengelolaan core bisnis pendidikan formal tingkat menengah sangat diperhitungkan. Sebut saja sekolah SMA Unggul DEL di Sumatera Utara, sekolah milik Luhut Binsar Panjaitan ini berhasil menduduki peringkat ketiga TOP 1000 sekolah disusul oleh sekolah kristen BPK Penabur Jakarta, BPK Penabur Bandung, DIAN HARAPAN Jakarta, Sekolah Katolik ST. LAOUIS 1 Surabaya, PETRA 2 Surabaya, KANISIUS Jakarta, SANTA LAURENSIA Tangsel, BINA BHAKTI 1 Bandung dan seterusnya mewarnai 30 besar TOP 1000 sekolah (lihat list 30 besar TOP 1000 sekolah).

        Terbalik dengan sekolah-sekolah kristen, sekolah-sekolah nasional dan  islam kalah jauh dalam dominasinya  dalam TOP 1000  sekolah. Meskipun rangking satu dan dua TOP 1000 sekolah diisi oleh sekolah nasional (SMAN) dan sekolah islam (Madrasah Aliyah Negeri) namun dalam sebaran kualitas pengelolaan prestasi akademik sekolah, sekolah – sekolah rasional dan islam kalah jauh bersaing dari sekolah-sekolah kristen.  Dari hasil pemetaan penulis di UTBK 2020, keberadaan sekolah islam diantara sekolah-sekolah nasional dan sekolah kristen, dominasi sekolah islam  hanya  mengisi sepuluh persennya saja atau hanya satu sekolah islam yang muncul dari 10  besar sekolah TOP 1000 sekolah, yang kemudian sisanya sekolah kristen 50 % dan sekolah nasional 40%.  Sekolah islam tersebut adalah  Sekolah MAN INCEN Serpong ,  sekolah binaan Kementerian Agama Republik Indonesia yang memiliki 25 cabang binaan sekolah INCEN di seluruh indonesia. Sekolah islam baru muncul kembali mengisi  sekolah TOP 1000 sekolah pada urutan angka ke-36  yaitu  sekolah MAN INCEN Gorontalo.      Dengan demikian  pada 30 besar sekolah TOP 1000 sekolah se-indonesia, sekolah islam hanya ada satu  atau sekitar 3,33 persennya saja. Coba bandingkan dengan sekolah kristen yang mendominasi 63,33% dari 30 besar TOP 1000 sekolah se-indonesia..  Bahkan keberadaan sekolah islam semakin mendekati 100 besar TOP 1000 sekolah, dominasinya tidak beranjak untuk melebihi dari 7%nya. Ini sungguh  ironis sekali!

        Pemeringkatan berdasarakan hasil Test TPS jalur SBMPTN ini bisa dikatakan mencerminkan sejauh mana kualitas pengelolaan pendidikan khususnya bidang akademik sekolah-sekolah berdasarkan karakteristik agama di indonesia di tahun 2020.  Pengelolaan internal proses dalam pendidikan atau pembelajaran untuk sekolah kristen masih yang terbaik. Khususnya dalam hal  indikator kemampuan kuantitatif, kemampuan memahami bacaan dan menulis, kemampuan penalaran umum, pengetahuan dan pemahaman umum, yang merupakan indikator dari hasil test PTS.  Sekolah kristen mau tidak mau harus diakui memiliki rata-rata pengelolaan pendidikan bidang akademik lebih baik dibanding sekolah agama lain di indonesia.

 

Posisi SMA SMART Ekselensia Indonesia

        SMA SMART Ekselensia Indonesia sebagai sekolah yang menamakan dirinya sekolah akselerasi dan berasrama (boarding school)  dalam UTBK tahun 2020, di antara sekolah negeri dan swasta seluruh indonesia yang berjumlah 21.302 sekolah yang mengikuti UTBK, SMART EI menempati posisi yang cukup jauh dan belum masuk  ke angka 100 besar nasional hanya berada di posisi 500 besar TOP 1000 sekolah. Yaitu menempati posisi  ke-449 untuk tingkat nasional, urutan ke-85 di tingkat provinsi jawa barat, menempati posisi yang ke-19  di tingkat kabupaten-kota bogor dan menempati urutan ke-8 di kabupaten bogor (449,85,19,8).

        Dari hasil SNB terakhir untuk TP 2020/2021, jumlah pendaftar ke SMART EI adalah 597 siswa dari seleksi yang melibatkan 22 provinsi di Indonesia(sumber laporan SNB). Dengan sebaran daerah seperti itu, ini hasil yang terbilang kecil,  dibandingkan misalnya dengan jumlah pendaftar ke SMAN Unggulan MHT yang ada di Jakarta yang dalam PPDB 2017/2018 meski berbayar dan syarat nilai minimal akademiknya  80 untuk  mata pelajaran matematika, Bahasa Inggris, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) namun jumlah pendaftar mencapai  2000an (sumber : https://wartakota.tribunnews.com/2017/10/05/).  Meski karakteristik kedua sekolah ini tentu berbeda namun dari input siswa yang sama-sama menyasar siswa-siswa cerdas bisa dikatakan sekolah SMART EI belum menjadi sekolah pilihan  meski siswa-siswa cerdas dari kalangan masyarakat kurang mampu yang tentu lebih banyak jumlahnya dibandingkan orang cerdas nan kaya.  Siswa-siswa cerdas daerah nampaknya 5 sampai 6 tahun terakhir lebih memilih sekolah negeri yang secara kualitas bagus atau dikenal sebagai sekolah negeri pavorit  dibanding memilih sekolah gratis namun jauh dari tempat tinggalnya. Dengan pilihan pengeluaran biaya yang tidak jauh berbeda dengan sekolah gratis swasta mereka lebih memilih ke sekolah pavorit negeri terdekat yang memiliki kualitas relatif bagus. 

          Dalam posisinya di sekitar kabupaten-kota bogor dan sekitarnya, posisi SMA SMART Ekselensia Indoneisa di  bawah sekolah nasional SMAN 1 bogor yang menempati  posisi 39 secara nasional dan ke lima di provinsi jawa barat (39,5,1),  juga di bawah sekolah SMA Penabur Kota Wisata (83,13,2) SMA Regina Pacis (90,14,3), , SMA IT Ummul Qurro (267,46,9), SMA IT Alkahfi (289,46,10), SMA Madania (296,49,11) , dan di bawah SMA Attaufik Kota Bogor(442,81,18). Namun demikian SMA SMART Ekselensia Indonesia  masih lebih baik dari tetangga terdekatnya SMA Global Mandiri(469,88,20), SMA IT Nurul Fikri Boarding (479,82,22), Darul Quran(505,97,23)  dan sekolah Dwi Warna(661,127,28).         

       Tidak jauh berbeda dari pemetaan secara nasional, sekolah-sekolah kristen meskipun terbilang sedikit, jumlahnya di bawah 10 % diabandingkan jumlah sekolah nasiional & islam di kabupaten-kota bogor namun masih mendominasi. Dari lima besar TOP 1000 sekolah di wilayah kabupaten-kota bogor terdapat tiga sekolah kristen atau menguasai 60% dari TOP sekolah di bogor. Padahal  dari data pusat statistik menunjukkan TP 2019/2020 semester ganjil, di wilayah kabupaten-kota bogor  terdapat sekolah SMA 245 sekolah (Negeri: 55, swasta: 190) , dengan jumlah sekolah islam, Madrasah Aliyah berjumlah 128 sekolah (negeri  7 : swasta 121), belum lagi memasukan sekolah-sekolah islam yang sudah dinarasikan pada ulasan di atas. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih detail urutan TOP-1000 besar sekolah SMA di wilayah Bogor dan sekitarnya untuk tahun 2020 ini, lebih jelasnya bisa lihat di web https://top-1000-sekolah.ltmpt.ac.id. 

        Untuk level tingkat provinsi  urutan empat besar semua diisi oleh sekolah kristen yakni sekolah terbaik pertama adalah  SMA Swasta BPK Penabur 1 Bandung, disusul Sekolah Swasta Bina Bhakti 1 Bandung, Sekolah Aloysius Bandung, berikutnya SMA BPK Penabur Holis sedangkan sekolah negeri yang mampu meladeninya di 5 besar hanya  SMA 1 kota bogor.


Keberadaan Sekolah Boarding 

     Fakta yang menarik untuk dicermati dari TOP 1000 sekolah se-indonesia adalah  peringkat tiga besar nasional merupakan sekolah berasrama (Boarding School), sebut saja SMA Negeri Unggulan MHT (1,1), MAN INCEN SERPONG(2,1) dan SMA Unggul Del Sumatra Utara(3,1), semuanya merupakan sekolah-sekolah yang menyediakan asrama buat para siswa-siswinya. Ada juga SMA  Negeri BANUA Kalimantan Selatan mirip dengan konsep SMAN MHT adalah sekolah berasrama berhasil menjadi yang terbaik se-provinsi Kalimantan Selatan dan menempati posisi ke 12 secara nasional(12,1).

        Sekolah- sekolah tersebut bisa berhasil meraih prestasi yang terbaik, ini sedikit menjadi kabar baik buat SMART Ekselensia yang termasuk klaster sekolah berasrama di dalamnya. Dengan mengoptimalisasi potensi keasramaan semoga SMART bisa seperti sekolah  berasrama yang menempati 3 besar TOP 1000 Sekolah. Atau bahkan mungkin potensi keasramaan ini sdh lebih dahulu menjadi faktor terpenting yang mempengaruhi sehingga SMART EI bisa berhasil berprestasi dengan masuk 500 besar sebagai sekolah TOP 1000 sekolah.

 

 



Pengumpulan Tugas Fisika SMART