Senin, 05 Juli 2021

Pengalaman Pendadaran Yang Kocak Bersama Siswa SMART Angkatan Tiga

 

Setelah melewati persiapan yang matang akhirnya kami memutuskan anak – anak kelas 5 angkatan tiga,  harus mengikuti serangkaian  tempaan untuk membangun ketahanan hidup mereka. Tempaan itu disebut dengan pendadaran. Yaitu  serangkaian tempaan buat kelas 5 sebelum mereka lulus dari SMART yang bertujuan agar mereka dapat mempersiapkan diri supaya survive di kehidupan nanti yang sesungguhnya. Pendadaran dilaksanakan selama seminggu , bertempat di dalam dan di luar lingkungan sekolah. Salah satu kegiatannya adalah  “melatih diri” selama satu hari untuk berusaha mendapat uang dengan cara apa pun yang penting halal di luar lingkungan sekolah. Melewati beberapa survey tempat, akhirnya kami memilih kegiatan tersebut di  Pasar Rumput, Jakarta Timur.

|  Baca Juga : "Aku dan Cita-citaku", Catatan dari Boot Camp SMART-NICE 2021

Ya, waktu itu hari sabtu, di bulan Juni 2011, para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan usaha mendapatkan uang  guna belajar mempertahankan hidup.  Saya, dan guru-guru SMART yang terdiri  Pak Mulyadi, Pak Willy, Bu Rini dan Bu Dini  mengangkat diri masing-masing  sebagai pendamping kelompok untuk anak-anak angkatan 3 SMART ini. Dengan menggunakan kereta api, kami semua berangkat dengan mengambil start dari Statsiun Bogor menuju statsiun Manggarai.  Sesampainya di Stasiun Manggarai  kemudian kami melanjutan dengan berjalan kaki menuju Pasar Rumput Jakarta Timur, yang jarak tempuhnya sekitar 2 Km. Cukup lelah memang!, namun menurut hemat  kami ini pengalaman belajar yang  seru dan mengasyikan.   

| Baca Juga: Momen Belajar Fisika Yang Paling Diingat  Oleh Siswa SMART Angkatan 14

Setelah sampai  di Pasar Rumput, Jakarta Timur, kami langsung memilih tempat yang nyaman untuk memberikan pengarahan. Mereka dikumpulkan perkelompok kemudian diberi arahan agar  mereka survive di tempat itu dan diharuskan mendapatkan uang guna menyambung hidup mereka hari itu. Dari mereka tidak ada seorang pun yang diberikan uang untuk modal, karena kami khawatir dengan diberikan uang modal malah akan habis digunakan untuk hal yang tidak perlu. Mereka diharuskan murni berusaha sendiri, dan harus mengumpulkan seberapa pun pendapatan mereka. Lebih banyak mereka mengumpulkan uang akan semakin lebih baik. Yang penting caranya halal!, dan  kami sampaikan bahwa di akhir kegiatan mereka harus kembali berkumpul untuk menyampaikan pengalamannya dalam mendapatkan uang.

Teng.., acara mereka menyebar pun dimulai. Dengan membaca basmallah bersama-sama, mereka beranjak dari tempat itu. Masing-masing kelompok meninggalkan tempat dan mengambil jalan yang berbeda. Diperhatikan saat mereka jalan, sekilas nampak raut muka mereka  memperlihatkan kegalauan dan harap-harap cemas. Mungkin mereka berat hati menjalani kegitan itu, bercampur lapar dan terik matahari yang menyengat, mereka harus mampu mengumpulkan uang yang cukup untuk bekal hari itu.

Setelah beberapa menit mereka dibiarkan untuk berputar memperoleh pekerjaan di pasar, kami satu persatu mengambil inisiatif untuk menyebar guna mengawasi para kelompok siswa.  Heee…kelihatan sebagian dari mereka ada yang berteduh di bawah pohon persis di depan pasar, bagian belakang. Sebagian yang lain masih celingukan, asing dengan suasana pasar itu sendiri. Kami lihat memang bagian depan pasar suasananya sedikit agak sepi, namun bila disusuri kebelakang keramaian suasana pasar mulai nampak. Saya yang kebagian mengawasi kelompok agung, yang kelompoknya terdiri dari dede, restu, beni  urwah, dan hamdani, mencoba  naik tangga menuju ke lantai dua pasar rumput itu, berjalan menyusuri toko-toko pasar  bermaksud menguntit dari belakang sekaligus mengawasi para siswa dari atas. Biar jelas dari mereka pergi kemana saja. Nampak kawanan mereka masing-masing bergerombol- gerombol berjalan, persis seperti gerombolan anak-anak sekolahan umumnya yang suka bermain liar di jalanan. Gumam di hati saya, “ Mudah-mudahan mereka segera mendapatkan pekerjaan sehingga cepat menghasilkan uang.” Setelah memastikan mereka semua memang aktif saya kembali ke pos tunggu.

| Baca Juga :  Indahnya Berbagi Gaya Belajar Ala Bindo SMART

Diantara kami para pendamping kemudian  berbincang-bincang, “Apa sih yang mereka lakukan?”...kami saling menebak-nebak aktivitas mereka, mungkin mereka ada yang menjadi kuli panggul, mencuci piring atau pekerjaan kasar yang lainnya. Setelah berbincang-bincang bersama cukup waktu, kami satu persatu  kembali memisahkan diri untuk menyebar mengawasi mereka. Agak cukup kesulitan saya mencari keberadaan mereka, karena memang pasarnya semakin ramai dipenuhi para pedagang dan pengunjung pasar. Setelah beberapa menit berputar-putar akhirnya saya berpapasan juga dengan mereka. Saya tanya mereka,” Sudah berusaha kemana aja kalian?” mereka menjawab,” Tadi kami mengunjungi beberapa toko dan menawarkan jasa untuk membantu mereka”, kemudian beni menambahkan ”mereka kebanyakan ingin kami bekerja lama disini bukan sehari ini saja ustad”. Kata yang punya toko itu” kamu boleh bekerja disini tapi tiap hari ya!, bukan hari ini saja!” . “Akhirnya saya tidak jadi bekerja ustad” kata anak-anak.  “ Oh begituu, ya silakan cari peluang lagi”, kata saya. “Kamu harus pintar cara mengkomunikasikannya dong!”… “Siap ustad!” kata mereka. Kemudian mereka melanjutkan petualangannya dan saya kembali ke tempat pos tunggu lagi.  Guru pendamping lain nampak, sudah lebih dahulu datang ke pos tunggu. Satu sama lain saling berbagi cerita saat ketemu dengan anak-anak dampingannya dengan segala kelucuannya dan keunikannya.  Setelah sekitar setengah jam berbagi cerita dan menunggu, kami kembali untuk kesekian kali menyebar lagi.

Saat kami coba cari mereka, saya melihat kelompok mereka  berpisah-pisah. Saya samperin  agung dan urwah, mereka terlihat agak sedikit kaget, dan berucap” Ustad tadi kami saat jalan-jalan menawarkan jasa ke toko-toko di jalanan saya menemukan uang lima ribu,  ini ustad uangnya” sambil menunjukkan uang lembaran lima ribu. “Oh gitu ya!” kata saya, “terus kamu gimanain ini uang?” “Ga tau juga ustad, kami haus tad,”… “aduuhh” kata saya, “harusnya kamu tunggu dulu di tempat menemukan uang tadi, kali ada orang yang kehilangan dan sedang mencari-cari uang itu sekarang”. “Nah ustad, itu disana ustad…” sambil mereka menunjuk jalanan yang dilalui lalu lalang para pengunjung pasar. “Ini buat kami aja ya ustad?,.. haus!.” Saya tidak menjawab. Akhirnya mereka memakai uang itu untuk membeli minuman, kelihatan mereka sangat kehausan dan keletihan, karena sedemikian lama berputar-putar untuk mendapatkan uang. “Silakan coba lagi, untuk mendapatkan pekerjaan ya…” kata saya. “Ia  ustad, kami  mau  ke ujung sana kali ada toko yang memerlukan jasa kami” . “Ia silakan, saya akan tunggu sampai jam  satuan ya?”, kata saya. “oke ustad!” kata mereka. Kemudian mereka jalan kembali menyusuri jalanan yang pinggirannya berjejer toko-toko dan banyak lapak di jalanan yang mejual macam-macam barang kebutuhan. Sesaat mereka meninggalkan tempat berbincang-bincang tadi, saya sedikit tertegun, berpikir ada yang tidak beres dengan mereka, aneh!, mereka punya uang lima ribu tapi kok semuanya dapat  minum sirup?!. Piker saya, “Ah mungkin harga minuman sirup di tempat itu cukup murah.” Karena penasaran, kemudian saya  samperin tukang sirup dan saya membeli sirup tersebut, ternyata, harganya seplastik minuman sirup itu dua ribu. Hah Dua ribu?!...

 Menjelang beduk dhuhur kami masuk mesjid dan sholat  di mesjid sekita pasar itu. Para siswa yang lain berdatangan dan ikut sholat. Kami berbincang dengan mereka tentang usaha mereka. Hampir semua dari mereka ternyata tidak ada yang dapatkan uang dari  pekerjaan, hanya ada satu anak,  yaitu beni, dia berhasil mendapatkan uang sebanyak dua ribu rupiah karena telah berjasa membawakan barang bawaan seorang ibu yang belanja di pasar. Cukup mendapat apresiasi dari temannya dan juga dari kami pendamping.  Ada juga siswa yang bercerita  mau bawain barang namun dilarang oleh yang punyanya.  Ternyata banyak cerita yang lucu-lucu dari mereka dari pengalaman mencari pekerjaan di pasar tersebut.

Sehabis dhuhur mereka diberi kesempatan satu jam lagi untuk menuntaskan pekerjaannya. Banyak dari mereka yang mengeluh lapar. “ Ustad lapaar” kata mereka, namun seperti yang telah disepakati bersama bahwa mereka mau tidak mau harus makan dari hasil jerih payah mereka sendiri, bila tidak dapat uang siang itu mereka tidak akan makan. Sampai datang kembali mereka ke sekolahan. Itu yang kami tekankan bermaksud penanaman daya survival buat mereka.

Sehabis istirahat bada sholat duhur,  kemudian mereka kembali menyelesaikan satu jam lagi berikhtiar mendapatkan uang.

Saat kami mengawasi mereka dari kejauhan semangat mereka tersisa hanya sedikit saja, ada banyak yang duduk-duduk dan tidak serius atau juga yang hanya jalan-jalan saja, untuk menghabiskan waktu yang tersisa. Bahkan 15-10 menit belum selesai ada kelompok yang sudah kembali ke pos tunggu. Sampai akhirnya berkumpul semua. Kami tanya satu persatu dari kelompok mereka, apa yang telah didapatkannya? Hampir semua dari mereka menjawab mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang, mereka banyak bercerita seperti yang dikatakan riko” Susah banget ustad, dah nanya-nanya ke toko, saya nawarin kuli panggul tapi tidak digubris” mereka mengatakan” Ga usah dibawain dek, biar kami aja yang angkat”. “Susah sekali untuk mendapatkan uang itu ternyata” kata mereka. Saya tanya” Ada yang mencoba dengan ngamen atau nyanyi-nyanyi?” Mereka geleng-geleng kepala, katanya, “Bila ga diringi gitar ya ga bisa ustad,  malu bila hanya dengan tepuk tangan”, demikian mereka berdalih. Memang kami tidak memperkenankan mereka membawa alat bantu seperti gitar atau tam-tam, atau sejenis alat musik lainnya. Kami hanya meminta mereka bisa menggunakan kemampuan dan keberanian mereka untuk mendapatkan uang pada hari itu.

Bu Rini saat itu mengatakan” Wah payah-payah ya kalian, ga ada yang berhasil mendapatkan uang banyak. “Jadi, gimana kalian makan hari ini?” ..mereka pada diam. Ada siswa yang berani nyeletuk” Dari ustad dan ustadzah aja deh”. “Ow..no, no, hari ini kita tidak makan sampai kita sampai ke sekolah, ada yang mau ditanyakan?. Kalau tidak ada yang bertanya lagi, kita pulang sekarang.” Tidak ada siswa yang bertanya lagi. Mereka semua memahami bahwa ujian bagi mereka pada hari itu cukup melelahkan dan mereka menyadari bahwa memang untuk bertahan hidup ini perlu pengorbanan, usaha, dan keberanian. Mereka sudah membuktikan sendiri bahwa begitu sulitnya mereka mencari nafkah. Selama ini mereka dengan sangat mudah mendapatkan makanan, pendidikan, dan pelayanan sedangkan mereka yang diluar sana hidup itu begitu sulitnya. “Kalian harus banyak bersyukur bisa hidup seperti sekarang” demikian kata ustad dan ustadzah mengakhiri acara hari itu.

Mereka kembali ke Statsiun Manggarai  dengan masing-masing kelompoknya dengan mengikuti rute perjalan sebelumnya. Sesampainya kami disana,  ternyataa…Wow.. ustadzah-ustadzahnya  sudah menyediakan makanan nasi bungkus untuk disantap bareng-bareng.  Mantap, mereka makan dengan lahap. Rupanya skenario lain sudah dipersiapkan bahwa mereka juga harus makan tapi itu hiden scenario agar mereka serius mengikuti program pendadaran hari itu.

Kelompok Agung ternyata datang terlambat ke statsiun,  satu kelompok ini dikabarkan naik metro mini untuk sampai disana. Katanya mereka kelelahan, dan kepanasan. Yang tidak diduga  ternyata mereka sudah jaga-jaga. Sejumlah  uang telah mereka siapkan untuk mengantisipasi ketidakberhasilan mereka mendapatkan uang. Sulit bagi kami mengetahui dimana mereka simpan uang sedemikian itu padahal kami sudah merah-rah, memeriksa ke semua baju dan celana mereka, saku-saku mereka kami pastikan tidak ada uangnya. Dan lucunya, memang ternyata kelompok itu adalah kelompok yang tadi sempat minum sirup di pasar yang mengatakan bahwa mereka menemukan uang di jalanan. Wah…, kami tertipu saat itu ternyata mereka bukan menemukan uang dijalanan tapi mereka memang membawa uang yang disimpan di  balik bajunya. Cek..cek..cek…jadi bingung juga memahami perilaku anak-anak ini.  Disatu sisi kami marah dengan perilaku mereka yang tidak senasib sepenanggungan dengan teman yang lainnya namun disisi lain kami menjadi tersenyum-senyum  dengan tingkah polah kepolosan dan kecerdikan mereka. 😀😀

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengumpulan Tugas Fisika SMART