Oleh: Agus Nurihsan
Pada tanggal 28 November 2020, LTMPT (Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi) sebagai satu-satunya lembaga yang dipercaya pemerintah dalam penyelenggaraan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri(SMPTN) merilis hasil Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) tahun 2020. UTBK adalah sistim seleksi nasional dan pola seleksi melalui ujian tertulis sebagai bentuk penjaringan mahasiswa baru lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Perlu diketahui bahwa mulai tahun 2013 sampai 2020 terdapat tiga jalur SMPTN. Pertama lewat Saringan Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yakni jalur penelusuran kemampuan akademik dan prestasi lewat penilaian raport, kedua adalah jalur ujian tertulis UTBK (SBMPTN) dan ketiga adalah jalur mandiri.
Dari hasil UTBK 2020 diperoleh data peserta
tes yang ikut sebanyak 662.404 siswa dan
diikuti oleh 21.302 sekolah tingkat
SMA/MA/SMK yang sederajat serta lulusan Paket C tahun 2018, 2019 dan 2020. Dari
hasil penyelenggaraan tes yang dilaksanakan pertengahan bulan Juli 2020 dan
diumumkan di tanggal 14 Agustus 2020 ini
diperoleh nilai rata – rata tertinggi nilai Tes Potensi Sekolastik (TPS) adalah
681,885 dan nilai rata-rata terendahnya 353,725. Pelaksanaan tes SBMPTN untuk
tahun ini tidak seperti pada pelaksanaan tahun 2019, yang melaksanakan tes
untuk menguji calon mahasiswa dengan dua tes, yakni Tes Potensi Skolastik (TPS)
& Tes Potensi Akademik (TPA) untuk masing-masing kelompok Sains dan
Teknologi (SAINTEK) dan kelompok Sosial dan Humaniora ( SOSHUM). Pada tahun
ini, karena pandemik covid-19, test yang dilaksanakan hanya dalam bentuk TPS
yaitu menguji kemampuan kuantitatif,
kemampuan memahami bacaan dan menulis, kemampuan penalaran umum dan pengetahuan
pemahaman umum.
| Baca Juga : Meskipun Pandemik SMART Tetap Mendulang Prestasi
Dari
hasil rilis yang dikeluarkan oleh LTMPT ini, diperoleh hasil TOP 1000 sekolah
SMA/MA dan sederajat terbaik dari seluruh indonesia berdasarkan hasil dari
nilai TPS dengan mengurutkan rerata nilai TPS sekolah dihitung berdasarkan
rerata nilai TPS dari peserta di sekolah tersebut dengan minimal jumlah peserta
20 siswa.
Sekolah terbaik se-indonesia TOP 1000 sekolah sekaligus sebagai yang terbaik se-provinsi DKI Jakarta (1,1) diperoleh oleh SMAN Unggulan Muhammad Husni Thamrin (MHT) dengan menghasilkan nilai rata-rata siswa 681,885. Sekolah yang terletak di Jakarta Timur ini adalah sekolah negeri berasrama dan satu-satunya di Jakarta yang tidak mencantumkan nomor urut sekolahnya seperti sekolah negeri pada umumnya namun menamakan sekolah dengan mengambil nama pahlawan Mohammad Husni Thamrin. Rangking kedua TOP 1000 sekolah sekaligus sebagai sekolah terbaik se-provinsi Banten (2,1) adalah sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendikia(INCEN) Serpong, dengan rata-rata nilai 599,654. Posisi ketiga ditempati oleh SMA Unggul DEL Sumatera Utara(3,1). Berikut adalah 30 besar nasional dari TOP 1000 sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia yang dikutip dari https://top-1000-sekolah.ltmpt.ac.id/ :
Sekolah-sekolah Kristen Mendominasi Sebagai Sekolah Terbaik
Dari
hasil pemetaan yang dilakukan, pada 10 sampai 30 besar TOP 1000 sekolah, didapati bahwa
sekolah-sekolah binaan kristen sangat mendominasi. Dari 10 besar TOP
1000 sekolah, lima puluh
persennya atau 5 dari 10 sekolah TOP
1000 sekolah adalah sekolah kristen. Dominasi sekolah-sekolah kristen terus
membesar pada angka 30 besar TOP 1000 sekolah. Dari 30 besar sekolah TOP 1000
sekolah, sembilan belasnya adalah sekolah kristen atau membesar dominasinya
menjadi 63,33 %, kemudian relatif
menurun saat mendekati angka 40 besar, 50 besar sampai 100 besar. Namun
penurunan dominasi ini masih tetap tinggi karena di atas angka 40%. Luar
biasa!.
Dari
hasil analisis, pengurangan dominasi sekolah kristen ketika terus mendekati 100
besar pada TOP 1000 sekolah ini
dikarenakan banyaknya sekolah kristen yang mengikuti UTBK sudah lebih dahulu
mengisi posisi-posisi papan atas TOP
1000 sekolah, selain itu sebaran
sekolah-sekolah kristen di Indonesia jumlahnya tidak sebanyak sekolah-sekolah
di bawah naungan pemerintah dan swasta yang bercorak nasional dan islam.
Dari
data yang diambil dari Badan Pusat
Statistik(BPS) yang bersumber dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada
Tahun Pelajaran 2019/2020 semester ganjil untuk jenjang pendidikan tingkat
menengah jumlah SMA dan SMK baik negeri maupun swasta berjumlah 28.245 sekolah,
(SMA: 13944, SMK: 14301) sedangkan
jumlah Madrasah Aliyah berjumlah 8977(sumber: Kementerian Agama, EMIS, data TP
2019/2020 semester ganjil). Jika kita hanya menghitung tingkat pendidikan
menengah SMA, dari data BPS di atas
artinya 39 % dari sekolah negeri dan swasta untuk jenjang pendidikan SMA adalah
sekolah islam. Data Ini mengabaikan kategori sekolah islam yang dikenal umum di
masyarakat yang diidentikan sebagai sekolah tertentu bercorak sekolah islam
semisal SMA SMART, DWI WARNA , AlKahfi dan sejenisnya yang jumlahnya sangat
banyak dan pertumbuhannya terus menjamur. Bila ini sekolah yang bercorak islam
seperti ini dihitung maka tentu saja akan menambah presentasi jumlah sebaran
sekolah islam.
Untuk
data sebaran sekolah bercorak agama seperti sekolah kristen dan islam ini
secara nasional sulit didapatkan. Sayang sekali memang, belum ada data
statistik secara pasti jumlahnya. Seperti sekolah-sekolah yang dikenal
masyarakat umum dan masuk dalam kriteria sebagai sekolah kristen data BPS tidak
mengkategorikannya demikian. Misalnya
SMA BINA BHAKTI 1 Bandung yang jelas-jelas sebagai sekolah kristen sulit
disebut sebagai sekolah kristen padahal sekolah semacam itu dalam tema ini memiliki kriteria sebagai sekolah kristen.
Atau sekolah SMA Unggul DEL di Sumatera Utara, sekolah DIAN HARAPAN jakarta
barat dan sekolah kristen sejenisnya.
Dari
hasil penelusuran penulis menduga Badan Pusat Statistik melakukan pendataan kategori sekolah hanya
didasarkan pada sekolah - sekolah negeri dan swasta dari kurikulum yang
diterapkannya yaitu kurikulum Diknas atau Depag, bukan pada karakteristik nama
sekolah dan muatan keagamaan yang diajarkan sekolah. Jika kurikulum yang
diajarkannya Kurikulum Diknas maka dikategorikan sebagai sekolah nasional baik
negeri atau swasta. Sedangkan bagi sekolah yang menerapkan Kurikulum Depag maka
dikategorikan sebagai sekolah islam atau Madrasah Aliyah baik negeri maupun
swasta. Bagi sekolah yang mengajarkan muatan agama insert dalam
kurikulum nasional, BPS tidak mengkategorikan sebagai sekolah agama tertentu,
islam atau non islam. Misalnya, SMA
Ummul Qurro atau SMART EI meskipun secara narasi adalah sekolah islam namun karena materi yang diajarkannya hanya
berupa tambahan muatan agama dan bukan Kurikulum Depag maka ini dikategorikan
sekolah nasional, begitu juga SMA DWI WARNA meskipun menamakan sebagai Sekolah
Islam tapi karena tidak mengidentikan sebagai sekolah islam dan tidak
mengggunakan kurikuum Depag maka dikategorikan sekolah nasional pula.
Keberadaan sekolah kristen
diantara sedemikian banyak sekolah nasional dan sekolah islam, fakta
membuktikan meskipun jumlahnya sedikit namun mereka secara kualitas dalam
pengelolaan core bisnis pendidikan formal tingkat menengah sangat
diperhitungkan. Sebut saja sekolah SMA Unggul DEL di Sumatera Utara, sekolah
milik Luhut Binsar Panjaitan ini berhasil menduduki peringkat ketiga TOP 1000
sekolah disusul oleh sekolah kristen BPK Penabur Jakarta, BPK Penabur Bandung,
DIAN HARAPAN Jakarta, Sekolah Katolik ST. LAOUIS 1 Surabaya, PETRA 2 Surabaya,
KANISIUS Jakarta, SANTA LAURENSIA Tangsel, BINA BHAKTI 1 Bandung dan seterusnya
mewarnai 30 besar TOP 1000 sekolah (lihat list 30 besar TOP 1000 sekolah).
Terbalik dengan sekolah-sekolah kristen, sekolah-sekolah nasional
dan islam kalah jauh dalam
dominasinya dalam TOP 1000 sekolah. Meskipun rangking satu dan dua TOP
1000 sekolah diisi oleh sekolah nasional (SMAN) dan sekolah islam (Madrasah
Aliyah Negeri) namun dalam sebaran kualitas pengelolaan prestasi akademik
sekolah, sekolah – sekolah rasional dan islam kalah jauh bersaing dari sekolah-sekolah
kristen. Dari hasil pemetaan penulis di
UTBK 2020, keberadaan sekolah islam diantara sekolah-sekolah nasional dan
sekolah kristen, dominasi sekolah islam
hanya mengisi sepuluh persennya
saja atau hanya satu sekolah islam yang muncul dari 10 besar sekolah TOP 1000 sekolah, yang kemudian
sisanya sekolah kristen 50 % dan sekolah nasional 40%. Sekolah islam tersebut adalah Sekolah MAN INCEN Serpong , sekolah binaan Kementerian Agama Republik
Indonesia yang memiliki 25 cabang binaan sekolah INCEN di seluruh indonesia.
Sekolah islam baru muncul kembali mengisi
sekolah TOP 1000 sekolah pada urutan angka ke-36 yaitu
sekolah MAN INCEN Gorontalo.
Dengan demikian pada 30 besar
sekolah TOP 1000 sekolah se-indonesia, sekolah islam hanya ada satu atau sekitar 3,33 persennya saja. Coba
bandingkan dengan sekolah kristen yang mendominasi 63,33% dari 30 besar TOP
1000 sekolah se-indonesia.. Bahkan
keberadaan sekolah islam semakin mendekati 100 besar TOP 1000 sekolah,
dominasinya tidak beranjak untuk melebihi dari 7%nya. Ini sungguh ironis sekali!
Pemeringkatan berdasarakan hasil Test TPS jalur SBMPTN ini bisa
dikatakan mencerminkan sejauh mana kualitas pengelolaan pendidikan khususnya
bidang akademik sekolah-sekolah berdasarkan karakteristik agama di indonesia di
tahun 2020. Pengelolaan internal proses
dalam pendidikan atau pembelajaran untuk sekolah kristen masih yang terbaik.
Khususnya dalam hal indikator kemampuan
kuantitatif, kemampuan memahami bacaan dan menulis, kemampuan penalaran umum,
pengetahuan dan pemahaman umum, yang merupakan indikator dari hasil test
PTS. Sekolah kristen mau tidak mau harus
diakui memiliki rata-rata pengelolaan pendidikan bidang akademik lebih baik
dibanding sekolah agama lain di indonesia.
Posisi SMA SMART Ekselensia Indonesia
SMA SMART Ekselensia Indonesia sebagai sekolah yang menamakan dirinya sekolah akselerasi dan berasrama (boarding school) dalam UTBK tahun 2020, di antara sekolah negeri dan swasta seluruh indonesia yang berjumlah 21.302 sekolah yang mengikuti UTBK, SMART EI menempati posisi yang cukup jauh dan belum masuk ke angka 100 besar nasional hanya berada di posisi 500 besar TOP 1000 sekolah. Yaitu menempati posisi ke-449 untuk tingkat nasional, urutan ke-85 di tingkat provinsi jawa barat, menempati posisi yang ke-19 di tingkat kabupaten-kota bogor dan menempati urutan ke-8 di kabupaten bogor (449,85,19,8).
Dari hasil SNB terakhir untuk TP
2020/2021, jumlah pendaftar ke SMART EI adalah 597 siswa dari seleksi yang
melibatkan 22 provinsi di Indonesia(sumber laporan SNB). Dengan sebaran daerah
seperti itu, ini hasil yang terbilang kecil,
dibandingkan misalnya dengan jumlah pendaftar ke SMAN Unggulan MHT yang
ada di Jakarta yang dalam PPDB 2017/2018 meski berbayar dan syarat nilai
minimal akademiknya 80 untuk mata pelajaran matematika, Bahasa Inggris,
dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) namun jumlah pendaftar mencapai 2000an (sumber :
https://wartakota.tribunnews.com/2017/10/05/).
Meski karakteristik kedua sekolah ini tentu berbeda namun dari input
siswa yang sama-sama menyasar siswa-siswa cerdas bisa dikatakan sekolah SMART
EI belum menjadi sekolah pilihan meski
siswa-siswa cerdas dari kalangan masyarakat kurang mampu yang tentu lebih
banyak jumlahnya dibandingkan orang cerdas nan kaya. Siswa-siswa cerdas daerah nampaknya 5 sampai
6 tahun terakhir lebih memilih sekolah negeri yang secara kualitas bagus atau
dikenal sebagai sekolah negeri pavorit
dibanding memilih sekolah gratis namun jauh dari tempat tinggalnya.
Dengan pilihan pengeluaran biaya yang tidak jauh berbeda dengan sekolah gratis
swasta mereka lebih memilih ke sekolah pavorit negeri terdekat yang memiliki
kualitas relatif bagus.
Dalam posisinya di sekitar kabupaten-kota bogor dan sekitarnya, posisi SMA SMART Ekselensia Indoneisa di bawah sekolah nasional SMAN 1 bogor yang menempati posisi 39 secara nasional dan ke lima di provinsi jawa barat (39,5,1), juga di bawah sekolah SMA Penabur Kota Wisata (83,13,2) SMA Regina Pacis (90,14,3), , SMA IT Ummul Qurro (267,46,9), SMA IT Alkahfi (289,46,10), SMA Madania (296,49,11) , dan di bawah SMA Attaufik Kota Bogor(442,81,18). Namun demikian SMA SMART Ekselensia Indonesia masih lebih baik dari tetangga terdekatnya SMA Global Mandiri(469,88,20), SMA IT Nurul Fikri Boarding (479,82,22), Darul Quran(505,97,23) dan sekolah Dwi Warna(661,127,28).
Tidak
jauh berbeda dari pemetaan secara nasional, sekolah-sekolah kristen meskipun
terbilang sedikit, jumlahnya di bawah 10 % diabandingkan jumlah sekolah
nasiional & islam di kabupaten-kota bogor namun masih mendominasi. Dari
lima besar TOP 1000 sekolah di wilayah kabupaten-kota bogor terdapat tiga
sekolah kristen atau menguasai 60% dari TOP sekolah di bogor. Padahal dari data pusat statistik menunjukkan TP
2019/2020 semester ganjil, di wilayah kabupaten-kota bogor terdapat sekolah SMA 245 sekolah (Negeri: 55,
swasta: 190) , dengan jumlah sekolah islam, Madrasah Aliyah berjumlah 128
sekolah (negeri 7 : swasta 121), belum
lagi memasukan sekolah-sekolah islam yang sudah dinarasikan pada ulasan di
atas. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih detail urutan TOP-1000 besar sekolah
SMA di wilayah Bogor dan sekitarnya untuk tahun 2020 ini, lebih jelasnya bisa
lihat di web https://top-1000-sekolah.ltmpt.ac.id.
Untuk level tingkat provinsi urutan empat besar semua diisi oleh sekolah
kristen yakni sekolah terbaik pertama adalah
SMA Swasta BPK Penabur 1 Bandung, disusul Sekolah Swasta Bina Bhakti 1
Bandung, Sekolah Aloysius Bandung, berikutnya SMA BPK Penabur Holis sedangkan
sekolah negeri yang mampu meladeninya di 5 besar hanya SMA 1 kota bogor.
Keberadaan Sekolah Boarding
Fakta
yang menarik untuk dicermati dari TOP 1000 sekolah se-indonesia adalah peringkat tiga besar nasional merupakan
sekolah berasrama (Boarding School), sebut saja SMA Negeri Unggulan MHT (1,1),
MAN INCEN SERPONG(2,1) dan SMA Unggul Del Sumatra Utara(3,1), semuanya
merupakan sekolah-sekolah yang menyediakan asrama buat para siswa-siswinya. Ada
juga SMA Negeri BANUA Kalimantan Selatan
mirip dengan konsep SMAN MHT adalah sekolah berasrama berhasil menjadi yang
terbaik se-provinsi Kalimantan Selatan dan menempati posisi ke 12 secara nasional(12,1).
Sekolah- sekolah tersebut bisa berhasil meraih prestasi yang terbaik,
ini sedikit menjadi kabar baik buat SMART Ekselensia yang termasuk klaster
sekolah berasrama di dalamnya. Dengan mengoptimalisasi potensi keasramaan
semoga SMART bisa seperti sekolah
berasrama yang menempati 3 besar TOP 1000 Sekolah. Atau bahkan mungkin
potensi keasramaan ini sdh lebih dahulu menjadi faktor terpenting yang
mempengaruhi sehingga SMART EI bisa berhasil berprestasi dengan masuk 500 besar
sebagai sekolah TOP 1000 sekolah.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar